Dee Stories

Kumpulan artikel parenting yang ditulis oleh blogger parenting Indonesia.
Suka travelling & kuliner. Konselor ASI &MPASI.

Keluarga Sakinah Menuju Jannah







Ahad kemarin, alhamdulillah saya dan suami mempunyai kesempatan untuk mengikuti Tabligh Akbar Ustadz Somad.
Kami, terutama suami sangat antusias.
Maklum, suami sudah lama mengikuti tausyiah Ustadz Somad via youtube.
Maka ketika bisa mendengarnya secara langsung, kesempatan ini tidak disia-siakan.

Tabligh Akbar kemarin adalah rangkaian terakhir acara Ustadz Somad di Surabaya.
Masjid Shalahuddin Sidoarjo menjadi tempat terakhir Ustadz Somad menyampaikan tausyiahnya.






Jujur, awalnya agak trauma datang kajian ke masjid ini.
Sebelumnya, saya pernah datang ke kajian Ustadz Khalid Basalamah di masjid ini.
Namun baru 10 menit memberi tausyiah, sekelompok orang dari sebuah ormas islam menyerbu.
Membubarkan kajian secara paksa.

Ustadz Somad adalah Ustadz yang sedang naik daun sekarang ini.
Beliau juga terkenal berbeda dari Ustadz kebanyakan.
Makanya, wajar bila saya khawatir kajian kali ini juga akan dibubarkan.

Pukul 12.15 saya sampai di masjid Shalahuddin.
Subanallah,, itu yang saya ucapkan berkali-kali saat melihat jamaah yang sudah hadir.
Banyak sekali jamaah yang hadir.
Bahkan tenda-tenda yang sudah di siapkan tak cukup menampung para jamaah.
Mereka rela berpanas-panas ria, demi mendengar tausyiah dari sang ustadz.
Penduduk disekitar masjid pun rela menjadikan teras rumahnya sebagai tempat para jamaah.
Subanallah..





Acara ini juga dihadiri oleh wakil bupati, kapolres dan dandim sidoarjo.
Sekitar 300 personel keamanan dikerahkan untuk menjaga kelancaran acara ini.
Dan ternyata, jumlah jamaah yang hadir diperkirakan sekitar 8000 orang.
Subanallah, sungguh luar biasa.

Tausyiah kali ini bertema "Keluarga Sakinnah Menuju Jannah".
Sebuah tema yang sangat pas buat kami yang sudah menikah selama 6 tahun.
Dimana kami sangat ingin menjadi sebuah keluarga sakinah, yang nantinya akan mampu ke surga bersama-sama.
Amin.

Diawal tausyiahnya, Ustadz Somad menyatakan syarat awal dan utama sebuah keluarga sakinah adalah adanya seorang laki-laki dan seorang perempuan.
Adam dan Hawa, bukan Adam dan Asep.
Begitu gurau sang ustadz.

Menjadi keluarga sakinah dimulai dari awal pemilihan pasangan.
Seorang laki-laki dipilih karena dua hal.
Pertama, karena agamnya.
Kedua, karena budi pekertinya.
Maka, bila memilih calon suami, cukupkan dua syarat itu saja.
Laki-laki yang memiliki agama dan budi pekerti yang baik, insyaallah akan mampu menjadi imam yang baik.
Mampu membawa keluarganya ke surga.

Adapun dalam memilih calon istri, ada empar kriteria yang bisa dijadikan patokan.
1. Harta
2. Keturunan
3. Cantik
4. Taat agama

Namun yang paling penting, saat memilih seorang istri, adalah pilih yang taat agamanya.
Sebab kelak, istri akan menjadi seorang ibu yang memiliki tugas sebagai pendidik kerurunannya.
Anak yang baik, dari didikan ibu yang baik.

Ketika rumah tangga telah dikaruniai keturunan, islam juga memberikan tuntunan.
Bagaimana hal yang  dilakukan orangtua terhadap anak yang baru lahir.
Saat anak lahir, hal pertama yang dilakukan oleh orangtua adalah mengadzaninya.
Agar anak mengenal Rabbnya.

Lalu mentahnik anak.
Tahnik yaitu memberi makan kurma yang telah dikunyah lalu dimasukkan ke dalam mulut bayi.

Ketiga, kewajiban menyusui anak.
Anak disusui hingga umur dua tahun.
Banyak sekali manfaat yang didapat dari kegiatan menyusui.
Anak yang disusui ibunya akan tumbuh cerdas, kuat, memiliki ketahanan tubuh yang bagus juga akan terikat kuat secara emosional oleh ibunya (bonding).
Bagi ibu, menyusui juga bisa menjadi metode KB alami dan mencegah penyakit kanker.
Betapa menyusui tak hanya baik untuk bayi, tapi juga baik untuk ibu.

Keempat, setelah berumur tujuh hari, orangtua melaksanakan aqiqah.
Menebus anak yang tergadai.
Bagi anak laki-laki, menyembelih dua ekor kambing.
Sedangkan bagi anak perempuan, satu ekor kambing.
Alhamdulillah kami sudah menebus kedua puteri kami, tepat di hari ketujuh kelahirannya.

Kelima, memerintahkan shalat ketika anak berusia tujuh tahun.
Mengapa baru di usia tujuh tahun? Sebab di usia inilah anak sudah lancar membaca surat-surat pendek yang dilafadzkan saat shalat.
Selain itu, ini juga sebagaimana yang di sabdakan oleh Rasul SAW.
Beliau bersabda, ”Apabila anak telah mencapai usia tujuh tahun, perintahkanlah dia untuk melaksanakan shalat. Dan pada saat usianya mencapai sepuluh tahun, pukullah dia apabila meninggalkannya.” (Riwayat Abu Dawud).

Kemudian, hendaknya dalam mengasuh anak, orangtua menjadi suri teladan yang baik.
Anak mungkin salah mendengar, tapi mereka tidak pernah salah meniru.
Anak-anak adalah peniru ulung.
Maka, bila keseharian anak melihat teladan yang baik, anak pun akan melakukan hal yang baik.

Anak-anak yang hafal Al Qur an, kesehariannya juga didampingi oleh ibu yang selalu rutin melantunkan ayat-ayat suci Al Qur an.
Disini kembali diingatkan, hendaknya memilih istri yang taat agama.

Sungguh luar biasa tausyiah yang disampaikan Ustadz Somad.
Mengingatkan kami untuk selalu berusaha memperbaiki diri.
Semakin mendekatkan diri pada Allah.
Menjadi orangtua yang shalih dahulu, baru bisa memiliki anak yang shalih.
Memang tidak mudah, tapi bukan berarti tidak bisa.

Bismillah, semoga kami bisa menjadi orangtua yang baik bagi anak-anak kami.
Bismillah, semoga keluarga kami menjadi keluarga sakinah.
Bismillah, semoga keluarga kami bisa bersama hingga menuju jannah.

Amin....



2 komentar

  1. Anak mungkin salah mendengar, tapi mereka tidak pernah salah meniru.

    😲😲😲😲
    Jadi kudu ekstra ati2 nih dalam berperilaku

    BalasHapus
  2. Subhanallah,, tausiyah yg penuh dg ilmu,,

    BalasHapus