Dee Stories

Kumpulan artikel parenting yang ditulis oleh blogger parenting Indonesia.
Suka travelling & kuliner. Konselor ASI &MPASI.

Bunda, Lakukan 7 Hal Ini Untuk Melindungi Anak Dari Kekerasan Seksual

bunda, taukah Bunda akhir-akhir ini saya sangat geram membaca berita yang sedang viral di sosial media.
Berita tentang pencabulan siswi TK di Bogor.
Siapa yang tidak geram, anak yang masih balita harus mengalami hal mengerikan tersebut.
Apalagi yang melakukan diduga adalah salah satu pengajar di sekolahnya.

Kasus kekerasan seksual pada anak, salah satunya pencabulan adalah sebuah fenomena gunung es.
Apa yang tampak dipermukaan lebih sedikit dengan yang tidak terekspose.
Menurut KPAI (Komisi Perlindungan Anak indonesia), setiap tahunnya kasus tersebut menangani peningkatan.
Data terakhir yang dimiliki KPAI, dari tahun 2013 ke tahun 2014 kasus tersebut mengalami peningkatan hingga 100%.
Sungguh sangat memprihatinkan ya Ma!

Lalu, sebagai orangtua bagiamana kita harus menyikapi permasalahan ini?
Berikut Bunda, ada tujuh langkah yang harus mama lakukan untuk melindungi anak dari pelecehan seksual.

1. Buat anak mengerti tentang identitas seksualnya.
Anak bisa memahami bahwa dia itu laki-laki ataupun perempuan.
Anak sudah harus bisa memastikan identitas seksualnya sejak berusia tiga tahun.
Orangtua mengenalkan organ seksual yang dimiliki oleh anak.
Ada baiknya dikenalkan dengan nama ilmiahnya, misalnya vagina pada perempuan atau penis pada laki-laki.
Mengapa harus nama ilmiah? Ini menghindarkan pada pentabuan.
Selama ini pembicaraan seputar seksuitas dianggap tabu oleh masyarakat.
Karena penjelasannya seringkali tidak secara ilmiah.
Hal yang tabu ini bisa mendorong anak untuk mencari-cari secara sembunyi-sembunyi.
Dan ini pada akhirnya akan memulai datangnya masalah penyimpangan seksual pada anak.
Orangtua harus menjadi pihak pertama yang secara jujur dan terbuka dalam menyampaikan hal yang berkaitan dengan organ seksual anak.
Sehingga anak akan mampu dengan jelas memahami identitas seksualnya.







2. Bimbing anak untuk mengenali peran seksualitas yang ada pada dirinya.
Anak mampu menempatkan dirinya sesuai peran seksualitasnya.
Seperti cara berbicara, cara berpakaian atau merasa, berpikir dan bertindak.
Sehingg anak akan mampu dengan tegas menyatakan "saya laki-laki" atau "saya perempuan".

3. Ketika anak sudah lancar berbicara dan mulai berkativitas dengan peer groupnya di luar rumah, mama perlu mengajarkan tentang area pribadi tubuhnya.
Area pribadi tubuh adalah bagian tubuh yang tidak boleh dipegang oleh orang lain, kecuali untuk pemeriksaan atau untuk dibersihkan.
Hanya orangtua ataupun dokter yang boleh memegang area pribadi ini.
Ada empat area pribadi yaitu anus, kemaluan, payudara dan mulut.
Saya mulai mengenalkan area pribadi ini kepada Chacha ketika dia berusia 3 tahun, hampir sejak setahun yang lalu.
Dengan demikian anak akan waspada kepada pihak-pihak yang akan melakukan kejahatan seksual padanya.

4. Jalin komunikasi yang baik dengan anak.
Jadikan mama sebagai tempat dimana anak bisa menceritakan semua hal.

5. Jangan pernah mengunggah foto anak yang tidak berpakaian lengkap di media sosial.
Bahkan bila memungkinkan, saat upload foto anak di medsos, tutupi wajah anak.

6. Kenalkan pada anak mana sentuhan yang nakal mana sentuhan yang wajar.
Sentuhan nakal adalah sentuhan pada 4 daerah pribadi anak.
Bila ada orang yang memberikab sentuhan nakal, ajari anak untuk segera menolak dan melarikan diri.

7. Berikan kewaspadaan pada anak, tidak semua orang itu baik.
Begitu juga dengan orang-orang dekat yang ada disekitar anak.
Banyak kasus kekerasan seksual anak yang dilakukan oleh orang-rang dekat.
Oleh karenanya mereka pun perlu diwaspadai.

Demikian Bunda, tujuh hal yang bisa mama lakukan untuk melindungi anak dari kekerasan seksual.
Semoga anak-anak kita semua terhindar dari kekerasan seksual.
Semoga tidak ada lagi kasus-kasus kekerasan seksual pada anak.
Dan semoga kasus-kasus yang sudah ada, segera diselesaikan.
Anak-anak yang mengalami memperoleh keadilan dan mereka dapat segera pulih fisik dan mentalnya.