Dee Stories

Kumpulan artikel parenting yang ditulis oleh blogger parenting Indonesia.
Suka travelling & kuliner. Konselor ASI &MPASI.

Review Game Level 6 : I Love Math

_Institut Ibu Profesional kelas_ _Review kelas Bunda Sayang sesi #6_

๐Ÿ“š *MENSTIMULUS KECERDASAN MATEMATIS LOGIS* ๐Ÿ“š

Bunda setelah kurang lebih selama 1 bulan kita belajar bersama tentang bagaimana menstimulus kecerdasan matematis logis pada diri kita dan anak-anak, maka sekarang kita bisa merasakan bahwa matematika itu bukanlah sesuatu yang jadi momok buat anak-anak. Matematika itu sangat dekat dengan kita. Kalau dulu bahkan sampai saat ini kita merasakan bahwa "matematika" itu adalah pelajaran yang sulit, kemungkinan besar karena kita  menjalani proses yang salah. Itulah pentingnya mengapa kita harus mengubah konsep pemahaman kita tentang matematika di Institut ibu Profesional ini, sehingga anak-anak kita akan selalu bahagia dengan matematika.


Sebagaimana kita tahu, matematika adalah sarana agar anak-anak kita memiliki kemampuan:

a. *Berpikir logis*

b. *Berpikir Kritis*

c. *Memecahkan masalah secara sistematis*

d. *Melatih ketelitian, kecermatan dan kesabaran*

e. *Menarik kesimpulan secara deduktif  (menarik kesimpulan berdasarkan pola yang umum. Hal ini akan membiasakan otak kita untuk berpikir secara objektif)*

Apabila melihat kelima hal diatas, sudah selayaknya kita sebagai orangtua tidk terpaku dan bahkan stress untuk hal-hal kecil di konten matematikanya. Misal ketika anak-anak kita latih perkalian saja tidak hafal-hafal. Jangan sampai gagal fokus,  karena yang kita sasar adalah kemampuan life skill anak melalui matematika, bukan kemampuan anak menghafal ilmu di matematika. Sehingga kita harus pandai untuk mencari celah dan mencari jalan lewat ilmu matematika yang mana agar anak-anak kita memiliki life skill seperti yang disebutkan di atas.

Contoh :
*Studi Kasus* :
_Ketika ada seorang anak yang sudah kelas 3 ke atas, sangat susah menghafal perkalian_

*Solusi*:
_Maka kita tidak akan memaksa anak tersebut setiap hari dengan berbagai hafalan. Kita akan melatih kemampuan berpikir logisnya_

*Kegiatan* :
_Ambil matematika dalam kehidupan sehari-hari, misal, label obat, kemudian lihat di label tersebut,  apoteker menuliskannya adalah 3 x 1_

" _Kira-kira menurut kakak apa artinya 3 x1 di aturan minum obat ini?_"

_Anak-anak akan berpikir dan mencari jawaban berdasarkan pengalamannya minum obat saat sakit_:

*_pagi minum 1 kapsul, siang 1 kapsul dan malam 1 kapsul_*


*Stimulus*  : _Setelah jawaban berpikir logisnya berjalan, kita stimulus dengan berpikir kritisnya_

" *_Andaikata apoteker itu menulisnya 1 x 3, apa kira-kira yang harus kita lakukan, apakah ada bedanya dengan 3 x 1?_* "


*Kegiatan* :
_Anak mulai melatih kemampuan memecahkan masalahnya secara sistematis. Berikan ruang anak untuk menyampaikan gagasannya tentang 3 x 1 dan 1 x 3, tanpa kita buru-buru menyalahkan atau mengoreksi_

*Kegiatan bermain*:

a. _Siapkan pernak-pernik yang berjumlah 6, (bisa 6 kerikil, 6 permen atau  6 buah mainan yang sama) dan 6 piring kecil-kecil_

b. _Ibu memberikan perintah, yuk kita lomba menata perkalian 3 x 1 dengan piring dan pernak-pernik_

c. _Ibu menata piring dan kerikilnya sendiri, anak menata piring dan kerikilnya sendiri_

d. _Ibu melihat apa yang ditata anak misal anak menata 3 piring, masing-masing diisi 1 kerikil. Ibu memberikan komentar_

 " *_Aha, keren banget Ina sudah bisa membuat perkalian 3 x 1_* "

_Kemudian anak diminta lihat apa yang ditata ibu, misal ibu mengambil 1 piring, diisi 3 kerikil_

" *_Kalau milik ibu ini model perkaliannya seperti apa ya kak?_* "

_Anak mulai menyambungkan informasi satu persatu dan menjawab_

 " *_1 x3 _*"

e. _Ibu memberikan tantangan baru_

" *_Sekarang kita coba buat perkalian 3x2, yuk_* "


Makin terasa ringan kan, kalau matematika kita dekatkan dengan hal-hal yang realistik di kehidupan anak-anak. Pendekatan matematika secara realistik ini harus bunda jadikan modal belajar agar anak-anak suka belajar matematika. Kalau anak-anak sudah suka, mereka akan menjadi pembelajar mandiri, dan kita cukup menjadi teman belajarnya saja.


Yang perlu kita ingat dalam pembelajaran matematika secara realistik adalah :

a. *Anak-anak diajak untuk menemukan kembali bagaimana para ahli dulu menemukan rumus matematika dan ilmu matematika dengan bimbingan kita  ( Guided Reinvention).  Anak-anak akan mengalami proses menemukan kembali konsep, prinsip, sifat-sifat dan rumus-rumus matematika sebagaimana ketika konsep, prinsip, sifat-sifat dan rumus-rumus matematika itu dulu ditemukan. Sebagai sumber inspirasi untuk merancang pembelajaran  matematika yang menekankan prinsip penemuan kembali (re-invention), dapat digunakan sejarah penemuan konsep/prinsip/rumus matematika*


b.  *Pengetahuan matematika dan pengetahuan lain secara umum,  tidak dapat ditransfer atau diajarkan melalui pemberitahuan dari ibukepada anak, melainkan anak sendirilah yang harus mengkontruksi (membangun) sendiri pengetahuan itu melalui kegiatan aktif dalam belajar*


c, *Menyiapkan model-model yang dibangun sendiri ( self-Developed Models). Sehingga kita bisa  mengaktualisasikan masalah kontekstual ke dalam bahasa matematika, yang merupakan jembatan bagi anak  untuk membuat sendiri model-model dari situasi nyata ke abstrak atau sebaliknya*


Semoga dengan pemahaman ini kita makin paham untuk apa anak-anak kita perlu belajar matematika. Bukan sekedar angka  yang tertulis di rapot, bukan juga sekedar menambah hafalan anak-anak tentang rumus-rumus matematika, tapi lebih dari itu matematika merupakan salah satu pintu masuk anak untuk mendapatkan ketrampilan hidupnya sehingga bisa lebih siap menjalankan peran di dalam kehidupannya kelak.



Salam Ibu Profesional,



/ _Tim Fasilitator Bunda Sayang_ /



๐Ÿ“šSumber Bacaan:

_Fauzan, A. (2002). Applying realistic mathematics education in teaching geometry in Indonesian primary schools. Doctoral dissertation. Enschede: University of Twente_

_Septi Peni (2004) Jarimatika : Mengenalkan Konsep Perkalian Secara Mudah dan Menyenangkan, Kawan Pustaka, Jakarta_