Dee Stories

Kumpulan artikel parenting yang ditulis oleh blogger parenting Indonesia.
Suka travelling & kuliner. Konselor ASI &MPASI.

Resume Materi

Resume Materi
⭐Semua Anak Adalah Bintang⭐
Materi Level 7
Kelas Bunda Sayang Koordinator
1⃣Assalamu'alaikum.
Ibu, terkadang saya secara sadar ataupun tidak, suka membanding-bandingkan anak saya dgn anak yg lain, terutama sepupunya yg seumuran dan sama laki-laki, hanya beda 3 minggu. Seperti misalnya anak sy blm lancar berbicara, tp sepupunya sdh 'cerewet'. Anak sy masih suka moody utk makan sendiri, sepupunya sering excited kalau mau makan sendiri.
Dampak yg sy rasakan adalah sy sendiri yg merasa terbebani, terutama kalau lagi kumpul keluarga. Secara tidak langsung kakek neneknya kadang membanding2kan.
Sy sudah berusaha berfikiran positif, bahwa anak sy memang fase pertumbuhannya beda, karakter bawannya beda, dsb. Tapi terkadang, tetap saja pikiran yg membebani itu muncul, shg sy kadang merasa kurang nyaman jika ada pertemuan keluarga besar (kelg suami).
Namun, lain halnya saat sy berkumpul dgn keluarga di kampung halaman. Rasanya tidak ada beban sama sekali. Selain krn tidak ada yg sebaya, juga krn anak sy diperlakukan begitu istimewa oleh keluarga (maklum, cucu pertama dan masih satu, hehe).
Kira-kira apa yg menyebabkan pikiran dan perasaan itu muncul ya, Bu? Dan bagaimana cara menyiasatinya agar sy bisa lebih relaxed dan enjoy?
Ohya, anak sy usia 20 bln.
Terima kasih, Ibu. ❤
Savira-Tangerang Kota
➡ Wa'alaykumsalam wt.wb mbak savira. Pada intinya membandingkan anak kita dengan anak orang lain itu TIDAK LAYAK kita lakukan, karena ini termasuk TIDAK MEMULIAKAN anak-anak kita. Dan yang paling parah lagi adalah kita tidak menghargai ciptaanNya.
Maka mulai dari sekarang, kita harus fokus pada kekuatan anak kita, dan siasati kelemahannya.
Bagaimana cara mensiasatinya? Dengan tidak mengungkit2nya dan mengkolaborasikannya dengan anak lain yang punya kelebihan di sisi kelemahan anak kita.
Hal ini akan membuat kita bahagia ketika ada anak lain yang punya kelebihan yg tidak dimiliki oleh anak kita.
apalagi usia 20 bulan, masih terlalu dini mendapatkan _kejahatan_ orang dewasa di sekitarnya. Yaitu orang dewasa yg suka membandingkan dirinya dengan anak lain.✅
Tanggapan :
 baik bu, terima kasih. Sy jg merasa tidak baik sekali jika membanding2kan spt itu. Meskipun sy tidak pernah mengungkapkannya di depan anak sy. Krn hanya sy pikirkan, makanya jadi sy yg terbebani sendiri.
Sy baru kepikiran, mungkin apa krn sy dulunya suka jadi anak yg diperlakukan istimewa ya sama orang tua? Jadi sy berharap anak sy juga dinomor-satukan. So, something wrong with me ya, Bu?
Bu Septi :Betul mbak, cara kita mendidik anak itu bisa jadi cermin pola pengasuhan saat kita kecil dulu.
2⃣Assalamualaikum bu...
Ank sya alika (6y5m) suka menggambar,suka bernyanyi, saat saya memasak dia jga semangat ngebantuin, saat saya menjahit, alika jga suka perhatiin, katanya pengen bsa bikin baju princes sendiri, banyak yg alika suka, bagaimana caranya menentukan /memilih kegiatan yg ia paling suka,sehingga kta sebagai ortu bsa mengarahkannya,agar nanti ia bsa enjoy,easy,exallent, earnt dibidangnya.
Risni IIP Payakumbuh-lk
➡ Wa'alaykumsalam uni, biarkanlah mengalir tanpa membuat keputusan apapun. Karena sampai usia anak 9 th saatnya mereka bereksplorasi dengan berbagai hal, kemudian berganti dg cepat. Setelah itu latih untuk fokus, menyelesaikan apa yg dipilihnya dan masih boleh beragam ( 9-14th), usia 14 th ke atas belajar untuk tuntas dan belajar menuju sang maestro di bidangnya masing-masing dengan memperbanyak jam terbang✅
3⃣Iyie - Cirebon
Bagaimana membuat anak fokus mengejar misi spesifiknya, ketika tampaknya masih agak terpengaruh teman-temannya. Makasih...

Mbak Iyie, anak yg masihh mudah terpengaruh teman-temannya itu indikator rasa percaya dirinya kurang, maka tugas kita adalah menguatkan ranah konsep diri anak tersebut. Who am I nya dulu dibahas, sebelum masuk _misi spesifik hidup_✅
4⃣Bismillah
Ibu.. saya punya dua pertanyaan:
1.Bagaimana jika yang suka membandingkan bukan orangtuanya? Tetapi Kakek/neneknya? (Membandingkan dengan sepupu2nya)
Apa yang harus kami lakukan selain menguatkan mental anak? Untuk menjaga perasaan orangtua kami, apakah benar sikap diam kami?
2.Terkait perasaan,  apakah seorang ibu bisa adil memberikan "rasa" kepada semua anakny? Atau memang Fitrah manusia memiliki kecenderungan terhadap seseorang? (Termasuk ketika memiliki lebih dari 1anak) Seringkali kita melihat, ibu yang lebih menyayangi satu anak daripada anak lainnya. Sehingga muncullah pembandingan. Terimakasih pencerahanya Ibu.
Shofi-IIP Bandung
➡Teh Shofi, ketika kakek neneknya yang membandingkan, kalau saya tidak diam teh. Saya langsung gendong anak-anak untuk bermain yg lain, agar hatinya tidak tersakiti ketika dibandingkan. Kemudian saya ajak bicara nenek dan kakeknya. Saya sampaikan bahwa kalau ingin membandingkan cucunya maka jangan di depan anak tersebut tapi panggil ibunya, saya akan tahan mendengarnya. Tapi saya tidak terima ketika anak balita dibandingkan.
Seiring bertambahnya usia, saya latih anak-anak untuk menghadapi ketika mereka dibandingkan oleh orang dewasa lain. Karena saya sdh tidak bisa terus mengawasi bermainnya anak-anak di luar, maka harus tahan mental dan punya solusi untuk menghadapinya. Ini perlu latihan.
2. Orangtua yang pilih kasih, atau menaruh kasih sayang berlebih ke salah satu anaknya itu BERBAHAYA, karena akan menyakiti anak tetsebut, muncul luka batin. Dan menyulitkan posisi "sang anak emas" di mata saudaranya. Sehingga sangat memungkinkan anak ini mendapatkan luka batin dari saudaranya. Ngeri kan impactnya✅
5⃣Mengenai discovering ability. Jujur saja saya belum punya bayangan tentang aktivitas ini.
Zuhriyyah-lamongan
➡ Discovering ability itu adalah kemampuan untuk menjelajah potensi anak-anak. Guru dan orang tua hebat adalah mereka yang memiliki discovery ability yang tinggi hingga bisa menemukan potensi tersebunyi anak sekecil debu sekalipun. Jelajahilah di empat area kehidupannya, meliputi: Ranah hubungan intra personal (Konsep diri). Rana hubungan inter personal (hubunga sesama). Ranah hubungan dengan Change Factor(Melek Perubahan). Dan ranah hubungan dengan Tuhan-nya (melek spiritual) .
Jika di empat area ini kita lakukan proses discovery dengan sempurna. Dan terus berupaya menemukan keunggulan anak di ranah tersebut, maka percayalah kita telah berada pada posisi on track dalam mebesarkan anak menuju high impact, yang kelak akan menggetarkan dunia.insya Allah✅
6⃣ Assalamu'alaikum.
Bu Septi, sy Wita dr Gresik. Membaca materi ini langsung teringat tentang fitrah bakat.
Ketika anak sudah berbinar mengerjakan sesuatu, waktunya akan banyak habis utk itu.
Yg ingin sy tanyakan :
1. Di usia brapa idealnya anak sudah perlu pendampingan mentor utk peningkatan skill nya?
Misalnya kecenderungan anak menggambar, apa dgn memberikan les menggambar itu merupakan langkah yg baik?
2. Tentang *Meninggikan gunung, jangan meratakan lembah* . Sering dicontohkan dgn si matematika. Indikatornya bagaimana ketika anak tak perlu diajari matematika, sdgkn matematika ada dalam setiap aspek kehidupan. Suami sering bilang "kalo matematika SD seharusnya semua anak itu bisa". Menurut ibu bagaimana?
➡ wa'alaykumsalam mbak wita,
1. Prinsip di keluarga saya *murid siap, guru datang*
Sehingga siapkan anak kita di bidangnya dengan sungguh2, maka pasti Allah akan mengirimkan mentor untuk mereka selain diri kita. Dan mentor itu hadir dalam jalan sunyi, bukan di tengah keramaian apalagi yg cari duit untuk itu. Sehingga les-les dsb itu jadikan bagian dari laku hidup anak untuk menemukan mentornya, tapi BUKAN cara satu-satunya.
2. Untuk matematika, tidak ada tulisan yg mengatakan jangan diajari matematika kan mbak. Tapi disana tertulis bahwa kalau anak tidak suka matematika, jangan dileskan matematika. Artinya matematika itu perlu, (lihat materi di sesi #6) tapi caranya tidak harus seragam dengn yg lain, dan hasil yg dicapai juga jangan diseeagamkan.
Sehingga tugas kita adalah menguatkan "delivery method" ke anak-anak. Melalui jalan yg dia suka.
Contoh saya mengajarkan ke anak ttg matematika lewat bola dan aktivitasnya. Karena anak tsb phobia pelajaran matematika tapi sangat suka main bola. Ya saya harus lewat bola unt memantik kemampuan matematis logisnya.✅
7⃣Bismillah
Bagaimana mengatasi anak2 yang terkontaminasi hal hal yang tidak baik.  Alias oleh oleh dari bermain diluar. 
Rasanya jadi tantangan tersendiri  bagi saya,  terutama ketika paksu sedang DL. 
Akhir akhir ini anak anak mendapat kosakata negatif dari luar  dan kata kata tersebut keluar jika sedang kesal. 
Karina - IIP Babel
➡mbak Karina, anak yg mudah terpengaruh kata-katanya dari luar, indikator komunikasi produktif kita di rumah belum berjalan dengan baik. Sehingga daya serapnya lebih banyak untuk kata-kata kotor.
Karena sejatinya memory anak itu hanya bisa diisi satu hal, hal baik atau hal buruk. Ketika sudah full dengan hal baik, maka pasti akan menolak hal buruk, demikian juga sebaliknya.
Sama juga dengan hati ( qalbu) hanya bisa diisi satu hal, yaitu Allah atau setan. Kalau hati kita senantiasa terisi penuh dengan mengingat DIA, maka setan tidak bisa masuk, bahkan mendekat saja tidak kuasa, demikian juga sebaliknya.
Tanggapan :
Terima kasih ibu.. 
Jadi,  catatan evaluasi bagi kami. 
Anak2 baru berusia 7 tahun dan 5 tahun. 
Apakah bermain  bebas di luar selama satu jam terlalu berlebihan bu?
Bu Septi : Kalau saya kurang mbak kalau cuma 1 jam di luar. Karena saya selalu ikut kemanapun anak-anak bermain, bahkan ajak anak tetangga untuk ikut bermain dengan saya.
Terlalu lama kalau kita mengerjakan hal lain, dan anak-anak diminta main di luar sana.
Sama juga dg gadget, akan menjadi hal yg terlalu lama kalau 30 menit dikasih gadget, agar kita bisa tenang mengerjakan yg lain.
Akan terasa kurang 30 menit bergadget ria kalau kita bermain bersama mereka.
Intinya, MAIN BARENG✅
8⃣Salam kenal mbk mekar,  saya nisfah iip lamongan.
Mau nitip pertanyaan
1. Anak kami haikal (4,5th) mulai setahun yg lalu,  sudah kelihatan suka sama binatang. Ayam,  kucing, ikan, kambing..
Melihat hal tsb kami berencana di ultah ke5 nya kami hadiahkan akuarium tuk mengetahui sejauh mana ketertarikannya. Tp renc trwujud lbih cepat (meski beralih k kolam ikan hias) saat 6 bulan lalu iseng dia minta beli ikan hias yg awalnya hanya 5 ekor @ 1.000 an dan masih menggunakan toples sebagai wadah ikannya. Ternyata saya lihat dia rajin sekali merawat ikannya dg mengecek setiap saat dan tdk lupa kasih makan setiap hari. Akhirnya berkembang ada anak2 ikan. Jdi butuh tempat yg lbih luas ( kolam ikan) ,  kami bikin bersama saat game family project kemarin. Sampai saat ini ikan2 peliharaannya ini semakin berkembang, dan kami izinkan untuk menambah jenis baru kalau dulia sukses merawat ( artinya ikannya tidak mati ).
Pertanyaannya bu septi
1. Apakah kami terlalu dini tuk kasih tanggungjawab tsb kepada anak usia (4,5th) ini, meski kami slalu ikut serta??
2. Melihat dia kurang tertarik ( butuh adaptasi ) jika ada mainan buatan ( misal,  prosotan di alun2, mandi bola) Ada kehawatiran,  dia terlalu asyik dg dunia ikannya,  sampe gk begitu tertarik dg hal lain yg bersifat tdk natural??
Mhon saran dan bimibingannya bu
➡mbak nisfah, bersyukur sekali ketika putranya sudah tumbuh hal yang disukainya sejak dini.
Sudah benar apa yg mbak kerjakan, dan jadikan family project terus agar dia tidak merasa terbebani dengan ikan.
Lihatlah bakat apa yg terlihat dg project ikan ini, apakah merawatnya, melakukan hal-hal detil, mengembangkan dll.
Sangat wajar jika anak-anak yg sdh asyik dengan mainan naturalnya tidak lagi tertarik dg mainan buatan. Artinya BENAR.
Makanya ketika saya buat school of life lebah putih, sengaja tidak saya sediakan mainan buatan, seperti prosoran dll, krn itu akan mematikan naluri alamiah anak untuk membuat mainan dari hal nyata di sekitarnya.
Akhirnya anak-anakpun sekarang terampil membuat mainan. Yang penting ada lapangan pasti jadi seru✅

Tidak ada komentar

Posting Komentar