Dee Stories

Kumpulan artikel parenting yang ditulis oleh blogger parenting Indonesia.
Suka travelling & kuliner. Konselor ASI &MPASI.

Lima Tradisi Lebaran yang Selalu Dirindukan







Hari raya idul fitri atau yang dikenal dengan lebaran menjadi momen yang sangat dinantikan. Lebaran disanggup dengan suka cita. Banyak tradisi yang dilakukan saat lebaran. Semua tradisi yang ada semata-mata bertujuan untuk menyemarakkan lebaran. Bergembira bersama di hari kemenangan.


Bagi saya, lebaran tak sekadar momen mempererat tali silaturahmi. Juga untuk mengenang dan melestarikan tradisi yang ada.


Ada lima tradisi lebaran yang selalu saya rindukan.


1. Mudik






Bagi orang perantauan, mudik menjadi hal yang sangat dirindukan. Mudik menjadi momen yang ditunggu-tunggu untuk berkumpul bersama keluarga besar.


Saya baru merasakan mudik ketika menikah. Maklum, saya dan keluarga besar lahir dan tinggal di Surabaya. Kami tak punya kampung halaman.


Berbeda dengan suami, sekalipun lahir dan besar di Surabaya banyak yang tinggal di Bojonegoro. Makanya tiap lebaran kami mudik ke Bojonegoro. 


Beruntung jarak mudik kami tak terlalu jauh. Tak perlu risau berburu tiket kereta. Juga tak perlu pusing memikirkan harga tiket pesawat yang melambung tinggi. Jadi tak ada alasan untuk tak mudik bukan?


2. Sungkeman



Setelah shalat ied, biasanya kami berkumpul di ruang tamu. Sungkem pada mama. Lalu berurutan ke suami. Baru adik-adik dan anak-anak sungkem kemudian.


Sungkeman menjadi cara untuk saling meminta maaf antar anggota keluarga. Disini menjadi momen yang sangat mengharukan.


3. Nyekar






Ketika sudah sampai di kampung halaman, kami biasanya nyekar ke makam almarhum bapak (ayah suami) yang berada di kompleks makam keluarga di belakang rumah.


Nyekar atau ziarah kubur juga menjadi tradisi lebaran yang tak pernah absen dilakukan. Selain untuk mendoakan almarhum, nyekar juga untuk merawat makam. Mencabuti rumput-rumput liar yang ada disekitar makam.






4. Angpao






Sedari kecil saya sudah dikenalkan tradisi berbagi angpao lebaran. Dulu selalu dapat angpao dari orangtua, kakek nenek, om tante dan saudara-saudara lainnya. 


Sekarang giliran saya berbagi angpao untuk anak dan para keponakan. Namun saya selalu berpesan pada kedua anak saya, bahwa tidak boleh mengharapkan angpao. Ada yang kasih diterima dan disyukuri. Jika tak ada yang memberi ya tidak apa-apa. Lalu jangan lupa nanti angpaonya sebagian ditabung.


5. Kuliner Khas



Namanya juga lebaran, pasti tak luput dari kehadiran berbagai kuliner khas. Kalau biasanya lebaran identik dengan ketupat, tidak di keluarga saya. Kami masyarakat Jawa Timur baru akan makan ketupat ketika H+7 lebaran. Diman tradisi itu kami sebut sebagai tradisi lebaran ketupat.






Lalu apa yang biasanya kami makan saat lebaran? Kalau di keluarga besar saya, kami menyantap hidangan khas Timur Tengah. Maklum, kami masih keturunan Arab. Berbagai hidangan Timur Tengah mulai dari nasi kebuli, krengsengan hingga gulai tersaji di meja makan.


Berbeda dengan keluarga suami. Saat berada di Bojonegoro, Asem-Asem Daging dan Kare Ayam menjadi sajian utama. Asem-Asemnya menggunakan daun kedondong, jelas beda dengan Asem-Asem yang biasa saya masak dirumah. Sementara Kare Ayamnya menggunakan ayam kampung yang sudah dibakar terlebih dahulu. 



Lima tradisi lebaran tersebut membuat lebaran semakin meriah. Tradisi yang selalu dirinduka. Bagaimana denganmu? Apa tradisi lebaran di daerahmu? Share di kolom komentar ya 😊.

Tidak ada komentar

Posting Komentar