Dee Stories

Kumpulan artikel parenting yang ditulis oleh blogger parenting Indonesia.
Suka travelling & kuliner. Konselor ASI &MPASI.

Mengenal Preeklampsia : Penyakit yang Perlu Diwaspadai Saat Kehamilan



“ Di, mohon bantuan donor ASI ya. Temanku barusan melahirkan, tapi ibunya tidak selamat.”.  Ahh, saya menghela nafas panjang. Ini adalah kali kedua dalam bulan ini saya mendapatkan WA seperti itu. Mendengar kabar ibu meninggal saat melahirkan, dan penyebabnya sama : Preeklampsia!.  Aktivitas saya sebagai konselor laktasi dan juga pengurus LSM menyusui membuat saya sering dimintai bantuan yang berkaitan dengan donor ASI. Sebelumnya, saya mendapat kabar bahwa ada ibu meninggal karena preeclampsia setelah melahirkan tiga orang bayi kembarnya. Keadaan ini membuat saya ingin mencari lebih banyak informasi tentang penyakit ini. Saya pun melakukan wawancara dengan teman SMA yang saat ini sedang menempuh PPDS (Program Pendidikan Dokter Spesialis) bidang kandungan. Kebetulan teman saya ini lah yang menangani dua kasus tersebut. Berikut hasil wawancara saya dengan beliau.

Apa itu preeklampsia
Preeklampsia didefinisikan sebagai suatu penyakit yang dalam bahasa awam disebut keracunan kehamilan yang dapat disertai dengan kerusakan organ (system pembuluh darah, jantung, paru-paru, ginjal, syaraf dan lain-lain). Preeklampsia ditandai dengan adanya tekanan darah tinggi setelah usia kehamilan 20 minggu.  Preeklampsia terbagi menjadi dua, yaitu :
1.      Preeklampsia (PE) : yaitu bila tekanan darah lebih dari 140/90, disertai dengan adanya protein dalam urine.
2.       Preeklampsia Berat (PEB) : yaitu bila tekanan darah lebih dari 160 dengan disertai gangguan organ.

Penyebab preeklampsia
Hingga  saat ini masih belum diketahui penyebab utama dari preeklamsia. Namun beberapa ahli percaya jika preeklamsia mulai berkembang di plasenta. Plasenta adalah organ yang menghubungkan suplai darah ibu hamil dengan suplai darah janin yang dikandungnya, dan nutrisi selama janin di dalam kandungan diberikan melalui plasenta.
Pada ibu hamil dengan preeklamsia, pertumbuhan dan perkembangan pembuluh darah plasenta terganggu, sehingga lorong pembuluh lebih sempit dari yang seharusnya serta melakukan reaksi berbeda terhadap rangsangan hormon. Kondisi itu menyebabkan berkurangnya jumlah darah yang bisa dialirkan.
Beberapa ahli lainnya menduga bahwa kurangnya nutrisi, tingginya kandungan lemak tubuh, faktor keturunan, dan kurangnya aliran darah ke uterus menjadi penyebab terjadinya preeklamsia.
Beberapa faktor resiko preeklampsia antara lain :
1.      Hamil terlalu muda (usia kurang dari 20 tahun) atau usia lebih dari 35 tahun atau hamil anak pertama setelah lebih dari 4 tahun menikah.
2.      Obesitas
3.      Diabetes
4.      Jarak dengan kehamilan sebelumnya lebih dari 10 tahun.
5.      Riwayat hipertensi
6.      Kehamilan ganda
Preeklampsia bisa timbul kapan saja, tanda-tanda awal bisa diketahui saat usia kehamilan 34 minggu. Namun jika semakin muda usia kehamilan, makin jelek prognosisnya lebih dari 34 minggu. Preeklampsia biasa diakhiri saat kehamilan berusia 37 minggu, dengan melakukan kontrol rutin ke rumah sakit setiap 1-2 minggu sekali.  PEB diakhiri saat usia kehamilan 34 minggu, dengan sebelumnya melakukan perawatan konservatif di rumah sakit. 

Peluang selamat dari preeklampsia
Belum ada penelitian pasti tentang besarnya peluang ibu bisa selamat dengan preeklampsia , semua tergantung jenis preeklampsia yang diderita. Bila hanya PE atau PEB biasa tanpa komplikasi organ, maka kemungkinan besar akan selamat. Namun bila terjadi komplikasi ke gangguan pembekuan darah atau otak atau jantung itu yang berat. 



Penanganan preeklampsia :
1.      Langkah preventif dalam menghadapi preeklampsia adalah setiap ibu hamil yang memiliki faktor resiko harus segera dilakukan skrining preeklampsia saat usia kehamilan 12-16 minggu. Bila positif preeklampsia  akan diberikan aspilet dosis rendah dan kalsium elemenatal. Namun pengobatan ini tidak menjamin 100% akan terhindar dari preeklampsia. Selama hamil, maka kemungkinan preklampsia akan tetap ada.
2.      Bila divonis PE, harus sering control rutin ke rumah sakit setiap 1-2 minggu sekali. Semakin dekat usia kehamilan maka semakin sering kontrol. Pemeriksaan meliputi tekanan darah, laboratorium dan USG Doppler (aliran darah dalam Rahim dan jantung). Bila PE janin akan dilahirkan ketika usia 37 minggu.
3.      Bila PEB harus rawat inap di rumah sakit hingga usia 34 minggu. Dengan dilakukan monitoring ketat, pemberian obat anti kejang, antihipertensi dan monitoring ketat cairan.  Bila PEB akan dilahirkan pada usia 34 minggu, sebab semakin tua usia kehamilan maka komplikasi akan semakin banyak.
4.      Pada intinya pengobatan preklampsia adalah mengakhiri kehamilan. Namun pengobatan di Indonesia masih menganut mempertahankan janin apabila kondisi mama masih cukup baik. Kemampuan NICU di Indonesia rata-rata mampu merawat bayi sekitar 2000 ram, makanya jika mengalami preklampsia mama diminta untuk melahirkan saat usia kandungan 34 minggu.

Pengobatan di rumah
Pongobatan preklampsia yang bisa dilakukan saat  dirumah :
1.      menjaga diet sesuai anjuran
2.      istirahat total dengan posisi miring ke kiri
3.      memeriksa urin sesuai anjuran
4.      membberi tahu dokter  jika tangan, kaki, wajah membengkak, atau perubahan penglihatan, sakit kepala atau nyeri perut
5.      hubungi dokter  jika berat badan Anda naik lebih dari 1,4 kg dalam 24 jam

Oleh karena itu penting bagi ibu hamil untuk mempelajari gejala dan penangananan preklampsia sejak dini sebelum terlambat. Ibu hamil hendaknya rutin memeriksakan kehamilannya.

Tidak ada komentar

Posting Komentar