Dee Stories

Kumpulan artikel parenting yang ditulis oleh blogger parenting Indonesia.
Suka travelling & kuliner. Konselor ASI &MPASI.

Mudik Naik Motor yang Berujung Celaka





Di hari kedua lebaran, suasana silaturahmi masih sangat kental. Saya, suami dan kedua anak kami pulang ke Surabaya. Setelah Bojonegoro, kota tujuan kami selanjutnya adalah Mojokerto. Kami mau berkumpul di rumah tante yang ada di daerah Puri, Mojokerto. Seharusnya acara ke Mojokerto tanggal 7 juni, namun dipercepat sehari. Secara mendadak ada saudara dari Banyuwangi yang datang. Tapi nggak bisa lama-lama, karena tanggal 7 harus balik. 


Persiapan Mudik Naik Motor






Kami sangat bersemangat, demi bertemu saudara yang hampir dua dekade. Setelah istirahat sebentar di rumah, kami bersiap mudik ke Mojokerto naik motor. Jarak rumah kami ke rumah tante di Mojokerto cukup dekat kok. Hanya 45 km, makanya kami memilih naik motor. Biasanya juga naik motor. 


Saat memutuskan mudik naik motor ada beberapa hal yang harus disiapkan.


1. Membawa surat-surat kendaraan lengkap ; SIM dan STNK

2. Gunakan safety riding : pakai helm, jaket dan sepatu. 

3. Bawa gendongan, untuk anak di bawah lima tahun pastikan untuk menggendongnya. Gunakan gendongan yang aman.

4. Jangan membawa barang terlalu banyak. Bawa barang seperlunya, misalnya kami yang hanya membawa satu tas ransel.

5. Pilih waktu yang tepat, kami memilih berangkat sore hari. Saat suasana tidak terlalu panas dan masih ada cahaya matahari. 

6. Bawa bekal, pastikan membawa makanan dan minuman. Agar anak-anak tidak lapar dan kehausan saat dijalan.


Pengalaman Mudik Naik Motor



Setelah semua persiapan selesai, kami pun berangkat menuju Mojokerto. Anak-anak sudah tidak sabar. Mereka senang bertemu sepupu-sepupunya. Apalagi akan ada acara ulang tahun salah satu saudara sepupu. Mereka juga menyiapkan baju renang, karena biasanya malam kami akan berenang di kolam air panas di Mojokerto. 


Ketika memasuki jalan raya Bypass Krian, motor oleng. Ban motor tiba-tiba meletus. Kami jatuh, bergulung-gulung di atas aspal. Tangisan anak-anak pun pecah. Sepanjang jatuh bergulung-gulung, tangan saya reflek memegang kepala Aluna yang masih ada di gendongan. Membiarkan tangan saya tak karuan terkena aspal.





Lalu setelah bisa berhenti menggelinding di aspal, saya berdiri. Melihat Aluna, dan mencari suami dan Chacha. Dari telinga Aluna keluar darah, saya panik tak karuan. Saya terus memanggilnya, agar dia terjaga. Tak saya hiraukan darah yang terus mengalir di pelipis kiri saya. 





Alhamdulillah banyak orang yang menolong. Kami pun dilarikan ke IGD. Kebetulan kami jatuh tak jauh dari Rumah Sakit Anwar Medika. Kami masuk ke IGD, petugas medis langsung menangani.










Aluna pun segera di CT Scan. Alhamdulillah dari hasil CT Scan tidak ada pendarahan di dalam. Otaknya juga baik-baik saja. Hanya memang harus di rawat inap, untuk di observasi.





Saya pun mengalami luka-luka dan bengkak di wajah. Kuku jempol kaki kanan pun patah. Suami banyak mengalami lecet di kakinya. Kakinya bengkak dan sekujur tubuh sakit semua. Alhamdulillah Chacha yang paling ringan, hanya lecet di telapak tangannya. 


Ya Tuhan, maut seolah sangat dekat saat itu. Bahwa Tuhan itu sangat Kuasa. Bersyukur masih diberi keselamatan untuk kami berempat. 


Sebenarnya ini adalah kali kedua kami jatuh saat mudik naik motor. Pengalaman sebelumnya bisa dibaca disini ya.


Mulai sekarang kami berjanji tak akan melakukan perjalanan jauh dengan motor. Terlalu berbahaya, terutama untuk anak-anak. Semoga ada rezeki untuk segera beli mobil. Agar mudik jadi lebih aman dan nyaman. 





Inilah kisah mudik tahun ini. Pilu memang, tapi melahirkan banyak hikmah dan pelajaran. Selamat mudik buat teman-teman. Semoga lancar dan selalu diberi keselamatan. Doakan kami segera pulang ya, karena masih harus lebaran di rumah sakit.

15 komentar

  1. Semoga sekeluarga cepat sembuh dan baik kembali ya Mbak. Semoga juga bisa dapat rejeki untuk beli mobil. Tapi, mungkin habis ini perlu ditambahkan persiapannya, cek kendaraan di bengkel sebelum jalan jauh ya...

    BalasHapus
  2. Ya ampun, Mbak. Semoga lekas sehat dan bisa kembali beraktivitas seperti sedia kala lagi, yaa.

    BalasHapus
  3. Semoga lekas sembuh ya Mbak. Aku juga suka motoran kemana-mana, pun jarak jauh. Meski sudah safety riding, terkadang ada hal-hal yang terjadi di luar dugaan. Semoga selalu diberi kemudahan

    BalasHapus
    Balasan
    1. Amin..
      Makasih doanya..

      Iya hrs slalu waspada

      Hapus
  4. Innalillahi... Alhamdulillah semua masih dilindungi Allah SWT. Benar-benar sebuah pengalaman berharga ya. Kebayang kagetnya Chacha & Aluna.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya teteh..

      Anak anak lumayan trauma..

      Makasih ya teh

      Hapus
  5. Innalillahi ....
    Semoga lekas sembuh semuanya. Saya kalau perjalanan jauh, pikirannya juga gak jauh dari mati. Entah itu naik mobil, bis, kreta, yang terbayang ketika mau berangkat yaitu bisa jadi ini perjalanan terakhir saya. Sepanjang jalan dzikir, istighfar aja.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, makasih..

      Emang harus slalu dzikir dan doa y

      Hapus
  6. Subhanallah...
    Aku pun sama, Di...kalau perjalanan gak peduli naik apapun...maut terasa dekat.
    Semoga Allah mudahkan kesehatannya yaa, Di.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya teteh, berasa berhadapan sama maut..

      Makasih teh

      Hapus
  7. masyaallah. turut prihatin mba dan sekeluarga semoga cepat sembuh dan bisa kumpul dengan keluarga lagi dikampung. mudah-mudahan tahun depan gak pake motor lagi lebih baik naik kendaraan umum atau mobil lebih nyaman untuk anak dan aman.

    BalasHapus
  8. Next time jangan gini lagi deh mba.

    Sebagai pengendara, saya sering lihat kedua orang tua yang naik motor dengan dua anaknya. Ini sebenarnya kelebihan muatan untuk ukuran motor. Rasanya gemas betul. Meding naik angkutan umum. Ya, walaupun kalau takdir kelabu di jalan bisa datang kapan aja.

    Kita sebagai orang dewasa harus bisa lebih bijaksana, please jangan di ulangin.

    Semoga lekas sehat yaa :)

    BalasHapus