Dee Stories

Kumpulan artikel parenting yang ditulis oleh blogger parenting Indonesia.
Suka travelling & kuliner. Konselor ASI &MPASI.

Tempat Curhat Dulu dan Kini

Tempat curhat


Halo, teman deestories...

Apa kabarnya? Semoga selalu baik, ya!

Siapa yang di sini suka curhat? Namanya manusia ya, wajar jika pernah curhat. 

Curhat terkadang bisa mengurangi beban masalah kita, lho. Apalagi jika kita curhat kepada orang yang tepat. 

Hmm, kira-kira siapa orang yang tepat untuk mendengarkan curhat kita?

Hari ini, saya akan berbagi pengalaman tentang tempat curhat dulu dan kini. Hmm, apa perbedaan tempat curhat dulu dan kini? Baca sampai habis, ya!

Tempat Curhat Dulu 

Dulu, saya selalu curhat di buku harian. Sejak SD hingga kuliah saya rutin menulis buku harian setiap hari. Kebiasaan ini rutin saya lakukan, baik saat ada masalah atau tidak. Buku harian menjadi tempat terbaik saya dalam berkeluh kesah sekaligus bercerita tentang hari yang saya lalui. 

Tapi, curhat ke buku harian tidak bisa mendapatkan solusi. iya, sih! Tapi yang namanya curhat kan nggak selalu butuh solusi. Curhat terkadang hanya untuk mengeluarkan keluh kesah. 

Bagaimana jika butuh bantuan? Biasanya jika saya mengalami masalah dan butuh bantuan, maka saya akan curhat ke orang-orang terdekat. Mulai dari sahabat, pacar hingga guru. Kenapa tidak ke orang tua? Maklum, saya dibesarkan oleh kakek dan nenek, orang tua hidup terpisah dan di luar kota. 

Saya tentu tak ingin menambah beban kakek nenek yang sudah tua, dengan curhat pada mereka. Tak mungkin juga menghubungi orang tua saya, dulu hanya ada telepon untuk berkomunikasi Telepon keluar kota tentu tidak murah. 

Beruntung saya punya sahabat yang setia mendengarkan curahan hati saya. Dulu, mantan-mantan pacar juga orag-orang yang sabar mendengarkan curhat saya. Dan saya punya seorang guru di SMA yang sudah seperti ibu sendiri. Beliau adalah tempat saya curhat untuk mengambil keputusan-keputusan  penting dalam hidup saya. Mulai dari memilih jurusan saat kuliah hingga pilih jodoh, hehehe. 

Tempat Curhat Sekarang

Bagaimana dengan sekarang? Kalau mau curhat, saya akan kemana? 
Setelah menikah saya tetap menuliskan curahan hati saya, tetapi tidak di buku harian. Melainkan di blog. Masa-masa awal menjadi ibu, membuat saya sering curhat di blog. 

Menceritakan perjalanan pengasuhan di blog ternyata membawa keberuntungan tersendiri bagi saya. Siapa sangka, tulisan-tulisan curhat di blog bisa mengantarkan saya menjadi seorang blogger profesional hingga saat ini. 

Saya bersyukur masih punya dua sahabat yang selalu setia mendengarkan cerita-cerita saya. Kami bertiga sudah bersahabat selama dua dekade. Mereka berdua terkadang menjadi tempat curhat saya. 


Ada juga teman-teman Drakor Class. Kecintaan terhadap literasi dan drama Korea mempertemukan saya dengan teman-teman Drakor Class. Kami tak hanya saling bercerita tentang kepenulisan dan drakor saja, kadang-kadang ada juga curhat masalah pribadi. 

Kalau ada masalah rumah tangga curhat ke siapa? Suami!
Lho, kok bisa? Kalau kesal sama tindakan sama suami masa tetap curhat ke suami?
Ya, justru harus dong. Kalau kesal sama tindakan suami, segera utarakan. Sampaikan apa yang menjadi sumber kekesalan kita. Tentunya dengan cara baik-baik. 

Saya dan suami punya kebiasaan melakukan pillow talk sebelum tidur. Kami saling curhat. Eh, lebih tepatnya saya yang sering curhat. Suami seringkali mendengarkan saja. Biasanya ya bahas anak-anak, pekerjaan atau juga hubungan kami berdua. 

Setelah menikah, suami adalah tempat curhat ternyaman. Suami adalah orang terdekat. Tak mungkin menjerumuskan. Selain itu, jika ada masalah rumah tangga pasti akan lebih cepat selesai. Karena, dibahas dengan orang yang bersangkutan secara langsung. 


Okey, sekian cerita saya tentang tempat curhat dulu dan kini. Bagaimana dengan teman-teman? Apakah punya perbedaan tempat curhat dulu dan kini? 

Ditunggu ceritanya di kolom komentar, ya!

#BPNRamadan2022
#Day16

Tidak ada komentar

Posting Komentar