Dee Stories

Kumpulan artikel parenting yang ditulis oleh blogger parenting Indonesia.
Suka travelling & kuliner. Konselor ASI &MPASI.

Yuk, Kurangi Selimut Polusi dari Rumah! Demi Bumi yang Lebih Lestari

Selimut Polusi


Apa yang ada dalam pikiran teman-teman saat mendengar kata polusi? Apakah yang terbayang asap kendaraan bermotor? Atau membayangkan cerobong asap pabrik? 

Rata-rata saat mendengar kata polusi, dua hal itu yang ada dalam pikiran kita. Memang keduanya adalah penyebab selimut polusi. 

Tapi, tahukah teman-teman, bahwa sumber penyebab selimut polusi itu ada di dalam rumah! Ya, di rumah kita, bahkan saat kita rebahan pun, kita berkontribusi terhadap pembentukan selimut polusi!

Wah, bagaimana bisa? 

Yuk, baca artikel ini sampai tuntas, ya!

Rumah, Sumber Polusi yang Tersembunyi

Polusi adalah setiap pencemaran lingkungan yang terdapat di muka bumi oleh bahan atau zat yang mengganggu kesehatan manusia, kualitas hidup manusia, atau fungsi alami ekosistem.

Polusi tak hanya disebabkan oleh zat kimia seperti partikulat (seperti asap dan debu) yang menyebabkan polusi udara, tetapi juga ada polusi air dan tanah. Dimana semuanya itu juga bisa menimbulkan kerusakan ekologis.

Aktivitas rumah tangga juga turut berperan besar terhadap terjadinya polusi. Rumah menjadi sumber polusi yang tersembunyi. Bahkan rumah juga menghasilkan banyak emisi yang tak kalah besarnya dibandingkan aktivitas industri.

Sumber Emisi dari Rumah yang Menjadi Penyebab Selimut Polusi

Emisi adalah penyebab terjadinya polusi udara. Polusi udara ini adalah polusi yang paling menimbulkan dampak pada kesehatan manusia dan kelangsungan hidup ekosistem yang ada di bumi. 

Menurut Climate Watch, energi merupakan penyumbang emisi gas rumah kaca terbesar. Apalagi energi yang digunakan di Indonesia masih banyak yang menggunakan bahan bakar fosil seperti minyak bumi, batu bara, dan gas. Dimana penggunaan menjadi penyebab utama dilepaskan emisi gas rumah kaca ke atmosfer. 

Di rumah energi digunakan untuk penerangan, memasak, pendingin atau penghangat ruangan, alat-alat rumah tangga lainnya juga penggunaan kendaraan bermotor untuk aktivitas sehari-hari. 

Data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menunjukkan bahwa penggunaan listrik rumah tangga adalah 50,80% pada tahun 2020. Penggunaan ini mendominasi penggunaan listrik secara menyeluruh. 

Perubahan iklim


Tidak hanya menggunakan energi listrik, rumah tangga juga menggunakan energi elpiji sebesar 47,01%. Dan juga gas sebesar 0,19%.

Tak hanya itu, penggunaan berbagai produk rumah tangga juga menjadi sumber emisi. Bedasarkan studi dari McDonald, emisi berasal dari produk rumah tangga seperti cat, aneka cairan pembersih, hingga perawatan personal yang memiliki kontribusi tak kalah besarnya dengan emisi bahan bakar yang dihasilkan oleh aktivitas industri.

Menurut McDonald, senyawa organik (VOC) umumnya adalah produk turunan minyak. Reaksi VOC jangka panjang tak hanya mempengaruhi kesehatan paru-paru. Namun, reaksi VOX dengan senyawa yang mengandung oksigen bisa menciptakan ozon yang menghambat radiasi sinar matahari. 

Penggunaan produk rumah tangga seperti pembersih semprot, sabun, sampo, deodoran, dan penyegar udara memiliki kontribusi sebesar 38% terhadap emisi VOC. Jumlah ini lebih besar dari emisi yang dihasilkan oleh bensin dan diesel, yang hanya 32%.

Belum lagi sampah yang dihasilkan oleh rumah tangga. Sampah rumah tangga yang bercampur bisa mengeluarkan gas metana yang merupakan golongan gas rumah kaca. 

Semua emisi yang dihasilkan dari rumah ini semakin menyumbang polusi udara yang akhirnya berkumpul membentuk selimut polusi.  

Pemanasan global


Selimut Polusi Percepat Laju Perubahan Iklim

Semua emisi yang terakumulasi di udara membentuk #selimutpolusi yang menyelimuti atmosfer. Ini membuat terjadinya efek rumah kaca. Selimut polusi membuat sinar matahari yang dipantulkan oleh bumi terhalang dan terperangkap ke bumi. Bumi pun semakin panas, atau dikenal dengan sebutan pemanasan global. 

Pemanasan global adalah kondisi di mana bumi mengalami kenaikan suhu rata-rata atmosfer, daratan, hingga laut. Pemanasan global ini menyebabkan perubahan iklim.

Perubahan iklim adalah perubahan yang signifikan iklim, suhu udara dan curah hujan dalam kurun waktu tertentu mulai dari dasawarsa sampai tahunan (Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan).

Polusi udara


Perubahan iklim ini nyata adanya. UN Climate Change merilis sebuah penelitian yang menunjukkan bahwa perubahan iklim ini nyata terjadi. 

Pertama, adanya peningkatan karbon dioksida sejak masa pra industri, yaitu dari 278 PPM menjadi 379 ppm di tahun 2005. 

Kedua, adanya peningkatan jumlah air tetapi penyebabnya tidak merata. Ini diketahui dari peningkatan presipitasi di beberapa belahan bumi (Amerika Utara, Amerika Selatan, Eropa Utara, Asia Tengah, dan Asia Utara). Sedangkan di daerah lainnya (Sahel, Mediterania, Afrika Selatan, dan sebagian Asia Selatan), justru sebaliknya.

Ketiga, adanya kenaikan air laut. Sejak abad ke 19, tercatat terjadi kenaikan air laut sebesar 0,17 meter. 

Keempat, berkurangnya tutupan salju utamanya pada saat musim semi sebesar 7% pada belahan bumi utara.

Kelima, mencairnya gletser yang berkontribusi terhadap naiknya permukaan air laut sebesar 0,77 mm per tahun pada periode 1993-2003. 

Keenam, Arktik yang semakin hangat. Suhu rata-rata di Arktik mengalami peningkatan hingga mencapai dua kali lipat suhu rata-rata seratus tahun terakhir. Es di Arktik telah berkurang 2,7% per dasawarsa.

Tentunya semua ini tidak bisa kita biarkan. Dampak perubahan iklim ini mengancam kehidupan manusia dan kelestarian ekosistem di bumi. 

Berikut adalah dampak perubahan iklim yang bisa mengancam kehidupan manusia dan kelestarian bumi. 

Bumi semakin panas

Tinggal di Surabaya yang terkenal panas, makin hari makin menantang. Surabaya semakin panas. Pernah nih, suhu di Surabaya itu sampai 40° Celcius. 

Musim yang semakin tak menentu

Siapa yang dibikin bingung oleh musim? Sebentar panas, sebentar hujan. Tahu kan kalau Indonesia cuma dua musim, kemarau dan hujan. Kemarau terjadi di bulan Maret - Juni. Sedangkan musim hujan datang pada bulan September - Maret. 

Tapi, sekarang berubah. Hujan terkadang datang di musim kemarau. Perubahan iklim membuat musim makin tak menentu, susah diprediksi.

Baca Juga : Hujan Es, Perubahan Iklim dan Upaya yang Bisa Dilakukan Agar Selamat

Kekeringan

Perubahan iklim mengubah ketersediaan air, hingga menyebabkan kekeringan di berbagai wilayah. Bahkan, perubahan iklim semakin memperburuk kekeringan di wilayah yang sebelumnya sudah mengalami kesulitan air.

Banyak spesies yang terancam punah

Perubahan iklim mengancam kehidupan beberapa spesies. Beruang kutub, anjing laut, kupu-kupu raja, ikan cod Atlantik, dan penguin adalah beberapa spesies yang diancam kepunahan akibat perubahan iklim ini.

Suplai makanan terganggu

Tak hanya mengancam kepunahan beberapa spesies binatang, perubahan iklim juga mengancam kehidupan manusia. 

Perubahan iklim mengganggu sektor perikanan, pertanian, dan peternakan. Tiga sektor ini mengalami penurunan produktivitas. Tentu ini bisa mengganggu suplai makanan.

Kesehatan yang makin terancam

Perubahan iklim mengancam kesehatan manusia. Kemarau panjang menyebabkan bakteri, virus, jamur, dan parasit berkembang dengan cepat. Ini membuat banyak orang yang mudah terjangkit penyakit yang berhubungan dengan bakteri dan udara. Misalnya, ISPA, malaria, demam berdarah, hingga penyakit kulit.

Cara Kurangi Selimut Polusi dari Rumah

#UntukmuBumiku kita nggak boleh diam saja. Kita harus bersama-sama mengurangi selimut polusi. Dimulai dari rumah, sebab rumah sendiri memiliki banyak sumber energi emisi.

Berikut beberapa cara yang bisa kita lakukan untuk mengurangi selimut polusi dari rumah.

Menghemat penggunaan energi

Penyebab selimut polusi

Cara pertama kurangi selimut polusi dari rumah adalah menghemat penggunaan listrik. Mematikan yang tidak perlu, misalnya memanfaatkan penerangan cahaya matahari di siang hari. Meminimalkan penggunaan alat pendingin dan.

Membuat ventilasi yang cukup

Sistem ventilasi juga berpengaruh terhadap penanganan polusi. Berdasarkan penelitian, ventilasi yang tidak memadai bisa meningkatkan polusi udara dalam rumah, sebesar lima hingga sepuluh kali lipat. 

Bila rumah memiliki ventilasi yang cukup maka udara akan mengalir lancar. Pergantian udara yang lancar membuat rumah mendapat pasokan udara segar. 

Memilah sampah

Pisahkan sampah setiap jenisnya. Jangan mencampur sampah organik dan anorganik. Kelola sampah organik agar tidak berakhir di TPA, yang bisa menghasilkan gas metana. Kerangka Takakura dan Felita menjadi alat mengelola sampah organik saya di rumah.

Pengelolaan sampah organik

Sampah-sampah anorganik bisa dikelola kembali menjadi bahan daur ulang. Atau disetorkan ke bank sampah. 

Gunakan produk yang ramah lingkungan

Gunakan produk yang ramah lingkungan, misalnya memilih produk-produk pembersih dari ekoenzim. Ini bisa mengurangi emisi VCO. 

Memberikan pendidikan lingkungan di rumah

Ibu adalah madrasah utama bagi anak-anaknya. Begitu pula soal pendidikan lingkungan. Sebagai ibu, saya mulai mengajarkan pendidikan lingkungan kepada anak-anak saya sejak dini.

Mengenalkan mereka bagaimana cara menjaga lingkungan. Mulai dari membacakan buku seputar lingkungan, mengajarkan membuang sampah pada tempatnya hingga memulai diet plastik.

Pendidikan lingkungan


Keteladanan juga menjadi kunci utama dalam menanamkan pendidikan lingkungan terhadap anak-anak. 

Pendidikan lingkungan ini akan memupuk kepedulian anak untuk menjaga lingkungan. Mereka akan menjadi generasi yang peduli terhadap lingkungan. 

Menanam pohon

Gunakan pekarangan yang ada di rumah untuk menanam pohon. Pohon membantu menyerap karbon dioksida. Gas beracun yang ada di rumah akan diserap oleh pohon. 

Ikut menjaga hutan

Hutan adalah solusi untuk mengatasi polusi dan perubahan iklim. Jadilah bagian dari #TeamUpForImpact yang ikut menjaga hutan. 

Bagaimana cara menjaga hutan? Kita bisa melakukan adopsi hutan. Berdonasi untuk pemeliharaan kelestarian hutan. 

Bersama Kita Kurangi Selimut Polusi demi Bumi yang Lebih Lestari

Andai saya punya wewenang membuat sebuah kebijakan saya ingin setiap rumah menjadi garda terdepan dalam mengurangi selimut polusi ini. Dengan mengajak setiap rumah menjadi rumah yang ramah lingkungan, bijak dalam penggunaan energi dan mampu memilah dan mengolah sampahnya sendiri. 

Baca Juga : Peran Pemuda dalam Menghadapi Perubahan Iklim

Bumi adalah tempat tinggal kita bersama. Sudah selayaknya kita berkolaborasi mengurangi selimut polusi. 

Sebagaimana saya menjadi bagian dari Eco Blogger yang gencar mengkampanyekan pentingnya menjaga kelestarian lingkungan. Kita bisa bersama menjadi #MudaMudiBumi yang bisa mengurangi selimut polusi demi bumi yang lebih lestari. 

Sepakat?

Referensi 

1. https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2021/12/03/listrik-sumber-energi-paling-banyak-digunakan-rumah-tangga-indonesia

2. https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2022/06/01/ini-jenis-energi-yang-paling-banyak-dikonsumsi-rumah-tangga

3. https://iesr.or.id/pustaka/potensi-penurunan-emisi-indonesia-melalui-perubahan-gaya-hidup-individu

4. http://ditjenppi.menlhk.go.id/kcpi/index.php/inovasi/351-rumah-tangga-hemat-energi

5. https://www.republika.co.id/berita/p4afl7366/produk-rumah-tangga-jadi-sumber-polusi-udara







18 komentar

  1. Ternyata banyak juga yang bisa kita lakukan di rumah untuk mengantisipasi masalah iklim global ini. Aku baru tahu loh kalau volume yang besar itu berpengaruh ke konsumsi energi. Makasih sharingnya Dian.

    BalasHapus
  2. Waduh saya kira yang menjadi penyebab polusi selama ini hanya asap kendaraan atau pabrik. Ternyata yang besar penyebabnya justru dari rumah ya...harus lebih bijak menggunakan energi mulai sekarang.

    BalasHapus
  3. Ngeri ya mbak di surabaya sampe 40 derajat. Aku di cirebon yang masih 30an aja udah nggak kuat panasnya.

    Semangat menjaga bumi agar lestari

    BalasHapus
  4. Menanam pohon itu juga hal yang penting banget ya Mba, biar polusi di bumi bisa semakin berkurang.
    Saya juga sering mengedukasi anak-anak tentang sampah, untuk lebih memilah sampah, dan sebisa mungkin reusable sampah plastik atau semacamnya

    BalasHapus
  5. Baca postingan mba membuat saya sadar bahwa ternyata rumah tangga juga menyumbang pencemaran lingkungan. Semoga saya dan yg lainnya bisa berubah dalam berperilaku, lebih bijak lagi agar pencemaran dari rumah tangga bisa diminimalisir

    BalasHapus
  6. Widiiihh baru nyadaarrr aku mba.
    Ternyata polusi bisa berasal dari rumah ya.
    Baiklaahh mari kita hajar selimut polusiiii

    BalasHapus
  7. Aku jg pernah baca mbaa, polusi air juga justru yang paling banyak dari limbah rumah tanggaa.. aku langsung syok sih dan mengevaluasi apa yang bisa kita lakukan untuk meminimalisir

    BalasHapus
  8. Dengan membaca dampaknya banyak sekali ya, jadi wajib banget kita harus mulai menjaga bumi dari hal-hal kecil. Sudah mulai terbiasa menanam pohon meskipun masih di lingkungan rumah, semoga bisa mengurangi polusi udara

    BalasHapus
  9. Ternyata kejauhan mikirnya padahal di rumah saja kita sudah membuat polusi setiao hari ya. Keren tulisannha ka

    BalasHapus
  10. Selimut Polusi ini bikin kita tambah berpikir bagaimana caranya menyelamatkan bumi ya...soalnya kerusakan bumi makindirasakan. Makin panas, makin polusi. Semoga kuta termasuk ornag yang bisa mengamalkan pengetahuan ini

    BalasHapus
  11. Memulai dari rumah adalah solusi terbaik berkontribusi untuk mengurangi polusi. Jika ini teredukasi dengan baik tentu akan luar biasa sekali

    BalasHapus
  12. berasa kena tabok juga ini mbak, suka ngeluh kenapa beberapa waktu lalu kok rasanya panas banget cuacanya, ya dari kita untuk kita hiks

    BalasHapus
  13. Aku sampe kena alergi kulit gara2 cuaca sama kualitas udara di Surabaya yang kena polusi. Padahal selama 30 tahun hidup aku ga pernah kena alergi

    BalasHapus
  14. Wah mbak aku baru tahu nih ternyata rumah juga berpengaruh dengan polusi ya, duh selama.ini mengira rumah sudah yang Paling Aman

    BalasHapus
  15. Wah, saya merasa tertohok dengan membacaa tulisan ini. Betul sekali kita sering nggak menyadari sudah boros listrik dan energi, tanpa sadar juga dampak panjangnya. Terima kasih sudah mengingatkan mbak

    BalasHapus
  16. Waahh ternyata berbagai produk rumah tangga pun menyumbang polusi meskipun dalam skala kecil ya. Bener banget, kudu pilih yang berbahan ekoenzim nih agar bumi tidak semakin merana gara-gara polusi.

    BalasHapus
  17. ngerinya dampak perubahan iklim ini, ibu punya peran besar dalam keluarganya untuk menjaga bumi, terima kasih tipsnya mbak

    BalasHapus
  18. Cat, cairan pembersih ternyata jadi sumber emisi juga ya. Sampah apalagi jelas kalau ga diolah dengan baik jadi bikin kluar karbon dan metana

    BalasHapus