Dee Stories

Kumpulan artikel parenting yang ditulis oleh blogger parenting Indonesia.
Suka travelling & kuliner. Konselor ASI &MPASI.

Suarakan Isu Kusta Lewat Media

 



"I still believe that if your aim is to change the world, journalism is a more immediate short-term weapon." - Tom Stoppard



Kutipan dari penulis drama asal Ceko itu benar adanya. Media memiliki kekuatan yang besar dalam mengubah dunia. Begitu juga untuk menyuarakan isu kusta. 


Beberapa hari lalu, saya berkesempatan mengikuti diskusi Ruang Publik KBR yang dipersembahkan oleh NLR Indonesia. Tema kali ini adalah Peran Media dalam Menyuarakan Isu Kusta. 


Bersama host Rizal Wijaya dan Ajiwan Arief Hendradi, S.S, Redaktur Solidernews.com, saya semakin tahu bahwa media punya peran penting dalam menyuarakan isu kusta. 


Suarakan Isu Kusta Lewat Media



Indonesia Darurat Kusta


Kusta, masih menjadi PR besar kesehatan di Indonesia. Bagaimana tidak, jumlah kasus kusta baru stagnan selama 10 tahun terakhir, sekitar 16.000-18.000 kasus, menjadikan Indonesia sebagai negara dengan kasus kusta tertinggi ketiga di dunia. 


Disabilitas kusta juga masih tinggi, mencapai 6.6 per 1.000.000 penduduk pada tahun 2017, meskipun pemerintah menargetkan kurang dari 1 per 1.000.000. Ini menjadi bukti adanya keterlambatan dalam penemuan dan penanganan kusta yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium leprae dan faktor penularan melalui kontak. 


Belum lagi keterbatasan akses bagi pasien kusta. Pasien kusta dan penyandang disabilitas seringkali kesulitan mendapatkan layanan kesehatan yang memadai dan informasi mengenai perawatan kusta. Hal ini meningkatkan risiko penularan dan jumlah kasus baru kusta.


Disinilah perlunya penyebaran informasi yang benar dan komprehensif tentang kusta kepada masyarakat melalui media, termasuk media sosial, media online, dan media elektronik. Media, pers mahasiswa, dan jurnalis warga harus memainkan peran penting dalam mengatasi hoaks, mitos, dan stigma seputar kusta serta menyampaikan informasi yang valid dan inklusif tanpa menciptakan stigmatisasi dan diskriminasi yang dapat mempengaruhi kesejahteraan emosional, psikologis, dan sosial penderita kusta.



Media Berperan Penting dalam Menyuarakan Isu Kusta


Menyadari bahwa angka kusta di Indonesia masih tinggi dan masih kurangnya pengetahuan masyarakat tentang isu kusta, maka media punya peran penting. 


Baca Juga : Potret Kusta di Indonesia : Pentingnya Kolaborasi Bersama SUKA untuk Menuju Indonesia Bebas Kusta



Di sinilah Solidernews.com hadir. Solidernews.com adalah media alternatif yang berada di bawah naungan SIGAB (Sasana Inklusi dan Gerakan Advokasi Difabel). Solidernews.com menghadirkan ragam tulisan yang berfokus pada advokasi, perlindungan, dan pemenuhan hak disabilitas, termasuk bagi OYPMK (Orang Yang Pernah Menderita Kusta). 


Melalui artikel yang diunggah, Solidernews.com berharap bahwa pengetahuan masyarakat mengenai isu kusta bisa bertambah. Kusta tak lagi dianggap sebagai penyakit kutukan dan azab. Penderita kusta juga bisa hidup berdampingan dengan masyarakat, tanpa harus terdiskriminasi maupun

L terkena stigma. 


Sejauh ini, Ajiwan melihat bahwa apa yang dilakukan oleh Solidernews.com cukup efektif dalam menyuarakan isu kusta. Masyarakat menjadi lebih aware tentang isu kusta dan disabilitas, dibandingkan lima tahun lalu. 


Apalagi, di kalangan millennial dan generasi Z, media punya peran penting. Media, khususnya media sosial menjadi corong informasi bahkan tuntunan bagi masyarakat saat ini. Oleh karena itu, penyebarluasan informasi seputar kusta melalui media sosial akan sangat berdampak. 


Suarakan Isu Kusta Lewat Media



Masyarakat jadi tahu bahwa kusta bisa diobati, penularannya bisa dicegah, dan mau menerima kehadiran para OYPMK. Selain itu juga bisa memberikan informasi dalam mengakses pelayanan kesehatan bagi penderita kusta. 


Ajiwan membagikan tips bagaimana agar isu kusta ini mudah diterima oleh masyarakat : 


"Melalui tulisan yang ringan, tanpa menggurui"


Tulisan ringan seperti feature dan opini bisa lebih mudah dipahami dan diterima oleh masyarakat. Terlebih lagi jika dibuat dalam bentuk konten kreatif yang diunggah melalui sosial media. Selain mudah dipahami, tentu mudah dibagikan. 


Ajiwan mengungkapkan bahwa, konten-konten yang dibuat Solidernews.com mendapatkan respon positif dari pembaca. Banyak pembaca yang berkomentar positif sekaligus membagikannya di WhatsApp Group. 


Hoaks sebagai Tantangan Perjuangan


Keberadaan media sosial dalam menyuarakan isu kusta ini layaknya pisau bermata dua. Di satu sisi, keberadaan media sosial bisa membuat isu kusta cepat menyebar secara luas, tetapi di sisi lainnya harus berhadapan dengan hoaks. 


Hoaks atau berita bohong menjadi tantangan dalam menyuarakan isu kusta. Ajiwan menyikapi hoaks dengan santai. 


"Hoaks selalu menjadi tantangan bagi perjuangan menyebarkan kebaikan. Termasuk dalam menyuarakan isu kusta ini. Tak perlu takut, hadapi hoaks dengan bijaksana".


Ajiwan pun berbagi tips bagaimana mengatasi hoaks ini. Pertama, biasakan untuk selalu bijak dalam memilih dan memilah informasi. Kedua, lakukan cek fakta setiap mendapatkan informasi. Ketiga, cari referensi pada lembaga yang terkait. Misalnya, untuk mengetahui kebenaran tentang sebuah berita seputar kusta, bisa menjadikan artikel di Solidernews.com sebagai referensi terpercaya. 


Baca Juga : Benarkah, Kusta dan Disabilitas Identik dengan Kemiskinan? Cek Faktanya!



Dorong Jurnalisme Warga


Perjuangan Solidernews.com dalam menyuarakan isu kusta tak hanya sekadar membagikan tulisan seputar kusta di media sosial saja, tetapi juga memberdayakan OYPMK untuk ikut bersuara. 



Suarakan Isu Kusta Lewat Media



Mulai dari tahun 2021, Solidernews.com memberikan pelatihan menulis bagi OYPMK binaan NLR Indonesia. Mereka dilatih menulis. Agar bisa membagikan cerita seputar kusta di media sosialnya masing-masing. 


Tahun 2022, Solidernews.com memberikan pelatihan jurnalistik pada binaan NLR Indonesia. Semua ini agar semakin banyak orang yang bisa menyuarakan kusta melalui media sosial. 


Solidernews.com juga membuka kesempatan pada semua pihak untuk menjadi kontributor. Menyuarakan isu kusta secara bersama-sama. 


Solidernews.com mendorong warga untuk menjadi jurnalis yang mampu menyuarakan isu kusta lebih luas lagi. Menjangkau pelosok nusantara dan semua kalangan. Agar semua orang paham apa itu kusta, agar penderita kusta bisa mengakses informasi seputar pengobatan dan pada akhirnya bisa mewujudkan Indonesia bebas kusta. 



Jadi, jangan ragu untuk ikut menyuarakan isu kusta ini. Sebagaimana pesan host KBR di penghujung acara, 


"Semua orang bisa jadi jurnalis. Jadi jangan segan-segan mengangkat isu kusta dalam konten kreatif".






40 komentar

  1. tentu saja journalist baik media mainstream ataupun citizen journalist kudu ambil peran ya.
    edukasi dilakukan secara simultan dan bareng yhaaa

    BalasHapus
  2. Setuju jika media sosial pas jadi corong informasi untuk penyebarluasan infor seputar kusta ini. Salut pada solidernews com yang memberikan kesempatan pada siapa saja untuk menyuarakan isu kusta dengan lebih luas lagi

    BalasHapus
  3. Kaget, baru tahu kalau Indonesia ternyata termasuk tiga besar negara dengan kasus kusta tertinggi di dunia. Setuju sih, sepertinya perlu lebih banyak konten literasi mengenai isu ini.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul sekali , belum banyak yang mengetahui tentang penyakit kusta. Ini pentingnya media menulis banyak hal tentang penyakit kusta. Jadi baik penderita maupun masyarakat umum lebih aware dan tahu mengenai penyakit ini

      Hapus
  4. Whiss mantap kali lah semua bisa jadi jurnalis. Memang sih, harus lebih banyak disuarakan tentang kusta ini dan berharap juga semoga Indonesia bisa bebas kusta..

    BalasHapus
  5. KBR dan Solidernews.com keren banget yaa..
    Konsisten dengan edukasi masyarakat mengenai kusta. Ini sebuah langkah yang gak mudah, namun bisa jadi membantu sahabat Orang kusta atau orang yang pernah mengalami kusta (OYPMK) untuk merasa nyaman berada di circle sehari-harinya.

    BalasHapus
  6. Betapa pentingnya menyuarakan isu kusta lewat media mengingat informasi yang benar dan komprehensif tentang kusta kepada masyarakat belum diterima merata. Maka melalui media, termasuk media sosial, media online, dan media elektronik bisa disosialisasikan isu kusta ini

    BalasHapus
  7. Ya Allah ternyata penderita kusta di Indonesia ada sekitar 18.000 duuuh ngeri :( Iya donk seluruh warga masyarakat mesti paham soal kesehatan dan cara agar terhindar dari kusta. Peran jurnalis dan pegiat media sosial sangat penting untuk menyuarakannya :)

    BalasHapus
  8. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  9. Bener media itu mesti sounding tentang kusta, karena selama ini yang banyak tahu kusta menular selamanya ya, dan ditakuti karena bisa membuat disabilitas bagi penderitanya. Dulu waktu akau kecil pernah melihat saudara guruku kena kusta , jemari tangan buntung beberapa

    BalasHapus
  10. Media memang seharusnya ikut berperan aktif dalam menginformasikan mengenai penyakit kusta ini. Apa lagi di tengah mitos dan pandangan negatif masyarakat. Tidak hanya media berita, blogger dan pengguna media sosial juga harus berperan.

    BalasHapus
  11. Edukasi yang baik dan dilakukan secara terus menerus agar informasi mengenai kusta ini bisa menyebar dan dibaca banyak orang sehingga kita semua bisa bahu membahu membentuk lingkungan yang ramah kusta ataupun OYPMK.

    BalasHapus
  12. menulis memang salah satu senjata terbaik ya mbaa..apalagi menyuarakan hal-hal yang belum diketahui banyak orang dan rentan disinformasi..

    BalasHapus
  13. Ya menulis bisa jadi sarana edukasi yang tepat menyasar semua kalangan

    BalasHapus
  14. Semoga dengan adanya edukasi sosial tentang penyandang kusta semacam ini, mereka bisa memperoleh hak hidup sebagai warna negara secara lebih baik. Tanpa diskriminasi. Dan pemenuhan hak bekerja juga.

    BalasHapus
  15. Media sosial saat ini bisa jadi sarana yang paling ampuh untuk edukasi terutama bagi hal- hal yang masih perlu pengetahuan, seperti kusta ini. Banyak yang masih menganggap salah kaprah tentang kusta ini

    BalasHapus
  16. Baru tahu bahwa Indonesia ternyata negara dengan kusta tertinggi ketiga di dunia. Mungkin kehadiran penyakit ini kurang ditanggapi dengan serius ya di masyarakat kita sendiri. Saya pun baru paham bahwa kusta bisa diobati dan dicegah penularannya asalkan cepat ditangani. Bagus ada Solidernews.com yang bisa ikut membantu sosialisasi hal ini.

    BalasHapus
  17. Setuju sih dengan kalimat semua orang itu bisa jadi jurnalis karena menurutku setiap orang itu minimal punya kemampuan untuk membuat caption yang sederhana

    BalasHapus
  18. Setuju mba, untuk menyuarakan kusta bisa melalui diri sendiri dan melalui media sosial kita masing-masing agar semakin banyak orang yang memiliki pandangan yang benar dan tepat terhadap kusta. Sehingga tidak ada lagi stigma negatif perihal kusta. Semangat!

    BalasHapus
  19. Setuju...betul banget media sosial bisa menjadi pisau bermata dua. Berbagai berita yang benar maupun hoaks tumpah ruah dengan bebas. Terimakasih infonya Teh, saya baru tahu kalau Indonesia darurat Kusta

    BalasHapus
  20. Bener, sekarang itu harus memanfaatkan media sebagai sarana bersuara, apalagi sekarang dengan sosial media masing-masing. Agar stigma terhadap kusta tidak negati

    BalasHapus
  21. Ya ampun, ternyata hoax pun bisa sampai menyasar orang dengan kusta ya. Pentingnya semakin banyak media dan kita juga untuk ikut bersuara.
    Jangan sampai stigma terhadap kusta jadi buruk dan jadi bola liar. Padahal pemerintah dab pemerhati kusta sudag gencar banget kasih edukasi loh kalau kusta itu tidak menular dan nggak masalah kita hidup berdampingan dengan mereka

    BalasHapus
  22. Pena itu memang bisa jadi salah satu senjata ya, mbak untuk menyuarakan sesuatu. Kalau dulu jurnalisme hanya lewat koran atau media sekarang juga sudah ada blogger yang bisa ikut menyuarakan berbagai isu penting

    BalasHapus
  23. Aku inget banget waktu kecil tu, yang namanya orang berpenyakit kusta digambarkan di poster bahkan baliho dengan gambar2 yang seram, sehingga org2 seumuranku pasti juga mengira kusta nih emang semengerikan itu. Kalau sekarang udah mulai banyak edukasi jadi org paham kusta gak menular, bahkan penyintasnya bisa beraktivitas sama dengan yang normal ya.

    BalasHapus
  24. Semoga dengan adanya edukasi dan juga tulisan teman-teman blogger bisa membuka wawasan masyarakat tentang kusta ya. Karena sekarang memang media itu terutama elektronik yang lebih mudah diakses ya.

    BalasHapus
  25. Memang kita juga perlu ikut bersosialisasi tentang kusta pada masyarakat. Stigma negatif tentang kusta harus diputuskan, kasihan juga soalnya ke para penderita atau OYPMK. Terutama OYPMK ini perlu dikasih kesempatan yang sama dalam mendapatkan pekerjaan selama mereka kompeten.

    BalasHapus
  26. Banyak juga ya kasus kusta ini. Sebenarnya penyakit ini udah bisa diatasi kan. Cuma infonya memang sepertinya belum tersebar. Sudah selayaknya kita bantu nyebarin ini biar orang pada lebih melek

    BalasHapus
  27. Kirain kusta udah nggak ada di Indonesia, ternyata masih dan jadi perhatian serius ya. Penderita kusta ini punya hak dan kesempatan yang sama dengan warga negara lain, PR kita buat menyuarakan persamaannya.

    BalasHapus
  28. Penderita kusta itu memprihatinkan. Karena di masyarakat masih banyak yang mengganggap bahwa itu penyakit kutukan dan bisa menular dg cepat, dan gak bisa diobati.

    Padahal, bisa diobati ya. Informasi oenting begini harus disebarkan secara luas. Biar gak ada oenderita kusta yang makin menderita.

    BalasHapus
  29. Masih banyak banget ya penderita kista di Indonesia, memang setiap kita yang sudah mengeyam pendidikan dan melek teknologi penting buat mengedukasi tentang kusta ini

    BalasHapus
  30. Keren banget solidernews.com, sampai bikin pelatihan menulis juga untuk orang yang pernah sakit kusta...

    BalasHapus
  31. Kalau dulu pakai koran, sekarang menyebar informasi lewat platform2 digital.contohnya di solidernews.com. jadi kita bisa mengakses informasi lewat media. Lebih cepat tersebarnya. Termasuk edukasi tentang kuata ini.

    BalasHapus
  32. Media lebih cepat menyalurkan informasi yang penting untuk diketahui masyarakat lebih luas, termasuk mengenai kusta. Masih banyak masyarakat yang belum paham mengenai penyakit ini

    BalasHapus
  33. Hoaks menyasar semua orang tidak.peduli bagi penderita kusta. Dan ini.sudah berlangsung lama sehingga masyarakat kita masih ada yg menganggap kalau penyakit kusta itu adalah penyakit akibat kutukan. Ngeri yah.
    Berterima kasih deh sama Solifernews.com yg peduli sama isu ini sehingga mendorong warga untuk lebih peduli pada isu kusta.

    BalasHapus
  34. Ya Allah ternyata sebanyak itu ya penderita kusta di Indonesia per tahunnya. Duh, semoga semakin banyak orang yang menyadari dan aware dengan kusta ini ya. Terlebih lagi, gak langsung menjauhi penderita dan tetap memberikan support agar penderita kusta segera terbebas dari penyakitnya.

    BalasHapus
  35. banyak ya mak penderita kusta di Indonesia. kupikir kusta itu udah ga ada di Indonesia. karena pernah tahu udah lama banget. semoga penyakit ini bisa segera diatasi dan penderitanya kusta bisa mendapat pengobatan yang terbaik

    BalasHapus
  36. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  37. Mbak ternyata Kusta masih menjadi PR besar kesehatan di Indonesia. jumlah kasus kusta baru stagnan selama 10 tahun terakhir, sekitar 16.000-18.000 yang merupakan kasus kusta tertinggi ketiga di dunia.

    BalasHapus
  38. Baru tau mba, kalau sekarang ini kusta masih ada. Memang hal-hal kayak gini perlu disuarakan lagi biar masyarakat semakin teredukasi tentang kusta.

    BalasHapus
  39. Media sosial tempat edukasi yang paling mudah dan menyisir target ya kak, seperti yang disampaikan diatas tentu saja secara natural tidak menggurui

    BalasHapus