Dee Stories

Kumpulan artikel parenting yang ditulis oleh blogger parenting Indonesia.
Suka travelling & kuliner. Konselor ASI &MPASI.

Tips Menghadirkan Suasana Pesantren di Rumah

 

Tips Menghadirkan Suasana Pesantren di Rumah


Pesantren semakin menjadi pilihan pendidikan saat ini. Semakin banyak orang tua yang ingin anaknya melanjutkan pendidikan di pesantren. Menurut Laporan Direktorat Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren Kementerian Agama mencatat, ada 4,37 juta santri yang tersebar di seluruh Indonesia pada tahun ajaran 2020/2021. Para santri itu tersebar di 30.494 pondok pesantren. Jawa Timur tercatat sebagai provinsi dengan jumlah santri terbanyak pada periode tersebut. Jumlahnya mencapai 970.541 santri atau 22,19% dari total santri di Tanah Air. Ingin anaknya menjadi shalih, adalah dorongan utama orang tua yang memilih pondok pesantren sebagai tempat pendidikan anak. 

Namun, di satu sisi, lulusan pesantren banyak juga yang berakhir tak sesuai harapan orang tua. Banyak dijumpai lulusan pesantren yang setelah keluar, bukannya shalih, malah kurang berakhlak. Bahkan bisa dibilang nir adab. Mengapa bisa begini? Di mana letak kesalahannya? Apakah salah di pesantren? Atau di anak? Atau, jangan-jangan semua ini kesalahan orang tua. 

Menghadirkan Suasana Pesantren di Rumah

Tips Menghadirkan Suasana Pesantren di Rumah


Pertanyaan-pertanyaan di atas menjadi pemantik kajian pagi ini. Pagi ini, saya datang ke majelis ilmu yang diadakan oleh Pondok Hafidz Aulad Happiness Cendekia Qurani. Tema kajian kali ini adalah Tips Menghadirkan Suasana Pesantren di Rumah. 

Topik yang menarik. Sangat related dengan keresahan saya sebagai orang tua. Si sulung, tahun depan akan melanjutkan pendidikan ke jenjang SMP (Sekolah Menengah Pertama). Pondok pesantren menjadi salah satu alternatif kami. Namun, hati kecil saya sebagai orang tua belum siap seratus persen. 

Selain itu, beberapa kasus yang terjadi pesantren akhir-akhir ini sangat meresahkan. Mulai dari bullying hingga pelecehan. Belum lagi, ada beberapa lulusan pesantren yang ternyata tidak memiliki akhlak yang baik. 

Mulai dari niat

Luruskan niat. Begitu kata Ustadzah Henny. Saat ingin memondokkan anak ke pesantren, apa sih niat kita? Apakah ingin anak memiliki pengetahuan agama yang dalam? Apakah ingin anak menjadi shalih? Ataukah hanya ingin melepaskan tanggung jawab? 

Anak nakal dan tidak bisa diatur. Orang tua kewalahan mendidik anak. Maka, pondok pesantren dipilih menjadi jalan keluar. 

Ya, sebagian besar ini yang menjadi pemikiran orang tua. Pondok pesantren dianggap sebagai tempat untuk mengatasi anak yang bermasalah. Jika demikian, inilah sumber masalahnya. 

Dari niatnya saja sudah salah. Tak heran dalam prosesnya juga salah. Pesantren adalah tempat menuntut ilmu agama. Bukan tempat mendidik anak untuk berakhlak dan beradab. 

Tanggung jawab mendidik akhlak dan adab terletak di tangan orang tua. Bukan pondok pesantren. 

Baca Juga : Ibu, Pahlawan Literasi Keluarga

Pondok pesantren akan kewalahan menjalankan tugasnya, jika masih harus bekerja keras memperbaiki akhlak dan adab anak. 

Luruskan niat. Bila memang ingin anak melanjutkan pendidikan ke pesantren, pastikan akhlak dan adabnya sudah benar. Agar, nanti anak bisa fokus menuntut ilmu di pesantren. 

Tips menghadirkan suasana pesantren di rumah

Tips Menghadirkan Suasana Pesantren di Rumah


Sebenarnya, rumah adalah tempat terbaik untuk mendidik anak. Sebab, tidak ada guru yang lebih tulus daripada orang tua. Orang tua adalah guru pertama dan utama bagi anak. 

Bila ingin anak tumbuh menjadi shalih, hadirkan suasana pesantren di rumah. Bagaimana caranya? 

Berikut beberapa tips yang di share ustadzah Henny untuk menghadirkan suasana pesantren di rumah. 

1. Orang tua kompak belajar Al Quran dan Hadist

Hal pertama yang bisa dilakukan orang tua untuk menghadirkan suasana pesantren di rumah adalah kompak untuk terus belajar Al Quran dan Hadist. 

Baca Juga : Peran Ayah dalam Mendidik Anak Perempuan Usia Baligh

Orang tua adalah guru bagi anak-anaknya. Tentu saja harus punya ilmu yang mumpuni dalam mendidik anak-anaknya. Dengan terus belajar Al Quran dan Hadist, orang tua punya bekal terbaik dalam menghadirkan suasana pesantren di rumah. 

2. Jangan menasihati anak tanpa Al Quran dan Hadist

Sebagai umat muslim, tentu saja Al Quran dan Hadist adalah pedoman hidup. Selalu gunakan petunjuk yang ada di keduanya, termasuk saat menasihati anak. 

Hadirkan kalimat-kalimat islami saat menasihati anak. Misalnya, saat anak makan menggunakan tangan kiri, nasihatilah dengan sebuah hadist :  

“makanlah dengan tangan kanan dan minumlah dengan tangan kanan karena sesungguhnya setan makan dan minum dengan tangan kiri”.

Dengan begitu, anak akan terbiasa mendengar pedoman hidup dari Al Quran dan Hadist. 

3. Jadilah teladan yang baik

Jika ingin memiliki anak yang shalih, tentu saja harus menjadi orang tua yang shalih terlebih dahulu. Ingin anak rajin membaca Al Quran, jadilah orang tua yang suka mengaji. 

Baca Juga : Pengaruh Bacaan Al Qur an terhadap Tumbuh Kembang Anak

Jika orang tua mampu menjadi teladan yang baik, niscaya anaknya juga akan menjadi baik. Ingat, anak adalah peniru ulung. Anak lebih cepat mengingat apa yang dilihat dibandingkan yang didengar. 

4. Hadirkan suasana isIami di rumah

Hadirkan suasana islami di rumah. Hiasi rumah dengan bacaan Al Quran. Bersihkan rumah dari patung-patung yang dilarang oleh islam. Suasana rumah yang islami seperti ini, sudah seperti suasana pesantren. 

5. Hubungkan dengan orang-orang yang paham ilmu agama

Terakhir, hubungkan anak dengan orang-orang yang paham ilmu agama. Ajak anak ke majelis taklim. Bergaul dengan orang-orang shalih yang satu frekuensi. Agar perilaku anak tetap terjaga dan menjadi semakin shalih. 

Penutup

Anak adalah amanah yang wajib dijaga dengan baik. Setiap orang tua akan diminta pertanggungjawaban di akhirat. Didiklah anak menjadi pribadi yang berakhlak dan beradab. Jadilah orang tua yang mau terus belajar agama untuk mendidik anak-anak. 

Baca Juga : Bagaimana Ibu Homeschooler Mengelola Waktu?

Demikian tips menghadirkan suasana pesantren di rumah. Semoga tips ini bisa membantu teman deestories semuanya. Jadikan rumah sebagai pesantren yang melahirkan generasi-generasi shalih. 





19 komentar

  1. Kembali lagi, orang tua sangat besar peranannya pada pertumbuhan anak ya, baik fisik maupun mental serta rohani. Kasarnya, kalau orang tua tidak terlalu paham tapi menuntut anak harus bisa, ya jadi susah juga sih. Harus meluangkan waktu dan belajar bersama dengan anak, agar mereka mengerti mana yang baik dan tidak.

    BalasHapus
  2. Ada beberapa kenalan yang menghadirkan suasana pesantren di rumah kayak yang diceritakan di atas. Jelas peran orang tuanya besar sekali. Harus paham ilmu agama dan cara penerapannya dengan jenjang usia. Ya, ibaratnya apa-apa gak bisa dipaksa kan ya. Ngajarin anak juga dengan hepi sehingga mereka gak trauma. Alih-alih cinta malah gak nemu esensi belajar agama yang asik dan menyenangkan :)

    BalasHapus
  3. Ortu pegang peran super pentiiiingg dalam mendidik anak ya.
    jangan bearasumsi Ponpes adalah bengkel.

    khawatirnya malah ntar ketemu ama bocah2 salah pengasuhan ye kaannn

    yuk praktikkan tips cihuy di postingan ini

    BalasHapus
  4. Setuju mbaa..sebelum memasukkan anak ke pondok pastikan dulu adab dan akhlak nya sudah siap dan dia ingin menjalani kehidupan pondok atas kemauan nya sendiri bukan kemauan orang tua. Karena saat anak melakukan sesuai dengan keinginan nya maka nantinya dia akan lebih mudah dalam melakukan pembelajaran di pondok

    BalasHapus
  5. Menjadi teladan memang satu jurus yang paling tajam untuk pertumbuhan anak dan menyadari bahwa anak adalah sebuah tanggung jawab tentu orang tua akan terus berjuang memberikan hal terbaik, termasuk menghadirkan suasana pesantren dirumah.

    BalasHapus
  6. Menghidupkan vibes ala pesantren seyogyanya dilakukan setiap ortu muslim.

    Supaya anak2 senantiasa terdidik dalam koridor agama, ya mbaaa

    karena kita sekarang berada di era yg kian membagongkan.

    semoga kita semua dan kluarga senantiasa dilindungi Allah.. utk menjadi insan muslim yg selamat dunia akherat

    BalasHapus
  7. Duh merasa tertampar euy pas baca tulisan ini. Kadang saking sibuknya urusan duniawi, jadi lupa untuk menghadirkan suasana islami di rumah. Diinget-inget, kapan terakhir ngaji bareng aja udah lupa, hiks.

    Makasih mba tulisannya, jadi pengingat.

    BalasHapus
  8. Mba dee, ini juga yg aku rasain selama ini. Masih ragu masukin anak ke pesantren Krn jujurnya, aku ada beberapa temen yg lulusan pesantren, tp akhlak nya astaghfirullah bangettt. Dan memang berita2 minus skr ini ttg pesantren malah bikin takut utk masukin anak kesana. Pelakunya ada yg guru pula. Gimana ga serem

    Tapi setelah baca, bener sih , skr ini kayaknya banyak anak2 dimasukin ke sana tujuannya utk lepas tanggung jawab. Berharap si anak bisa makin bener kelakuannya.

    Pdhl mungkin si anak malah rindu dengan perhatian ortu, dengan dia dimasukkan ke pesantren malah bikin dia berpikir ortunya ga sayang lagi. Wajar dia makin nakal.

    JD kuncinya, memang hrs di ortu ya mba. Pesantren cuma wadah utk mengajarkan sisi agamanya

    BalasHapus
  9. Aku sering mendengar cerita temen atau dari berita, kalau sekarang ini banyak lulusan pesantren tapi kelakuannya nggak beradab. Entahyang salah dari mana, kadang malah pendidikannya yang disalahkan. Hal ini bisa aja dari personalnya yang mana tertular dari pergaulan misalnya dan akhirnya kebawa ke dalam sikapnya.

    adikku sendiri lulusan dari sekolah agama, tapi ya ga bisa dibilang santun banget gitu, kadang ada nakalnya yang suka muncul nggak jelas

    BalasHapus
  10. Setuju banget mba, terkait niat memasukkan anak ke pesantren ini bermula dari niat yang beneran lurus serta sudah ada persiapan mumpuni. Seperti memang sudah terbiasa menghadirkan suasana islami ala pesantren di rumah secara konsisten.

    Orangtua itu kan memang wajib mendidik anak. Memberi teladan dan contoh yang nyata juga. Apalagi terkait akhlak dan adab nih.

    Bermanfaat sekali tulisannya, bisa coba diimplementasikan buat para keluarga yang sudah punya anak.

    BalasHapus
  11. Ibu adalah madrasah pertama bagi para anaknya. memang kalau mau mewujudkan suasana seperti pesantren di dalam rumah otomatis ibu dan juga Ayah harus memberikan teladan yang baik dan juga melakukan semua kegiatan yang bisa ditiru anak-anaknya. Jangan sampai berbeda antara lisan dan juga perbuatan karena akan memberikan konflik pada diri anak tersebut

    BalasHapus
  12. Ada yang bilang, sebelum menginginkan anak yang soleh, orang tuanya harus soleh dulu. Kesalehan memang tidak diwariskan, tapi bisa dicontohkan dan diteladani oleh anak-anak. Ikhtiar orang tua akan senantiasa dicatat, bagaimana pun kelak hidupnya si anak nanti... semoga putra putri kita menjadi anak yang qurrotta a'yun yaahh..

    BalasHapus
  13. Pesantren memang bukan satu-satunya jalan.
    Tapi, memberikan bekal akhirat adalah salah satu amanah mutlak.

    Semoga ikhtiar apapun yang kita lakukan, bisa sesuai dengan doa yang dipanjatkan.
    Seringkali orangtua mengandalkan akal saat memutuskan sesuatu. Padahal lebih dari itu, memohon kepada Allah subhanahu wa ta'ala dari lisan orangtua yang shalih inilah yang utama.

    BalasHapus
  14. Saat si anak kembali dari pesantren, berarti suasana rumah harusnya dibuat layaknya di pesantren ya, agar dia tetap nyaman. Karena memang segala sesuatu konon katanya berasal dari rumah

    BalasHapus
  15. Setuju sekali kak. Mendidik anak adalah tanggung jawab orang tua, ibu adalah madrasah pertama bagi anaknya.
    Dengan mencontohkan hal yg Islami dan mewujudkan suasana pesantren di rumah, Insya Allah anak2 akan menjadi anak shalih/shalihah. Terima kasih tips nya.

    BalasHapus
  16. Hmm... senangnya kalau semua sudah tahu hak dan kewajibannya dalam agama
    Adzan terdengar, tidak ada lagi yang gusrak gusruk nyuruh shalat
    Semua langsung menata diri

    BalasHapus
  17. Betuuul. Orang tua harus mencontohkan. Jangan cuma nyuruh sholat tapi kudunya anak2 yg diajak untuk sholat jamaah di masjid, berbarengan sekeluarga. Hati happy dan tenang. Anak juga senang karena dicontohin.

    BalasHapus
  18. Kalau mau anak sholih dan sholihah memang butuh perjuangan kuat dari orang tuanya yang mencontohkan dan konsisten.
    Butuh komitmen dengan Sang Ayah juga.
    Orang tuanya juga harus sering menimba ilmu terus dan ikut kajiannya biar imannya kuat.
    Semoga anak-anak kita jadi anak yang sholihah ya Mbaa sesama genk ciwi ini. Hehe

    BalasHapus
  19. masyaAllah.. pengen nangis aku, aku belum bisa menerapkan rumah yang adem dengan lantunan al quran dan kenyamanan seperti berada di masjid2 besar itu lho.. pengennya bisa begitu, bismillah semoga suatu saat aku bisa membuat diri, suami, anak2 dan keluarga lebih mencinta al quran, aamiin..

    BalasHapus