Alhamdulillah, drama SPMB (Sistem Penerimaan Siswa Baru) berakhir bahagia. Si sulung diterima di SMPN incarannya. Setelah drama panjang, mulai dari pendaftaran hingga pengumuman. Proses yang memakan waktu hampir sebulan lamanya ini, membuat saya stress. Asam lambung langsung naik.
Proses SPMB
Jadi, proses SPMB SMPN Surabaya itu sudah dimulai dari pertengahan Mei. Tahapan pertama adalah mendapatkan PIN untuk pendaftaran.
Tahap pertama saja sudah bikin panik. Lha gimana nggak panik, NISN si sulung tidak bisa terdaftar.
Mencoba menghubungi hotline SPMB, slow respon banget. Akhirnya, datang deh ke kantor Dinas Pendidikan Surabaya. Di sana, baru dikasih tahu, kenapa nggak bisa terdaftar.
Ternyata, NISN si sulung ikut Dinas Pendidikan Jakarta, karena sekolahnya masih terpusat. Belum bisa ikut cabang Surabaya.
Sebenarnya, kalau mau datang ke posko pengaduan yang ada di kantor dinas, masalah bisa cepat teratasi. Petugas Dispendik Surabaya juga sangat helpful. Tapi, kan PR banget klo setiap ada masalah harus ke kantor dinas.
PIN pun didapatkan. Bisa daftar. Lalu menunggu proses verifikasi. Ini juga penuh tantangan.
Si sulung mendaftar lewat jalur prestasi. Bermodal dua sertifikat judo Kejuaraan Provinsi.
Ini membuat kami harus datang ke kantor KONI Surabaya. Untuk melakukan verifikasi sertifikat. Jaraknya 18 km dari rumah, luar biasa ya..
Setelah verifikasi, pendaftaran dimulai. Memilih dua sekolah. Pilihan pertama, SMPN 22 Surabaya. Pilihan kedua, SMPN 13 Surabaya.
Di hari pertama pendaftaran, si sulung langsung terlempar di pilihan kedua. Tiap hari buka situs SPMB untuk memantau namanya. Namanya terus tergeser, hingga hari terakhir, dinyatakan GAGAL.
Duh, saya makin stres. Ini langsung membuat asam lambung naik. Berhari-hari saya sakit. Pusing, mual, muntah, dan perut melilit.
Baca Juga : 8 Rutinitas Pagi yang Penting untuk Menjaga Kesehatan Mental Ibu
Untungnya, masih ada kesempatan ikut jalur domisili. Kebetulan, alamat kami hanya 189 meter dari SMPN 22 Surabaya, sekolah incaran.
Kami mencoba jalur domisili. Dua hari pendaftaran, kesiksa banget. Deg deg an. Berharap tidak tergeser. Soalnya ini kesempatan terakhir.
Alhamdulillah, akhirnya diterima. Si sulung masuk peringkat keenam. Pendaftar SMPN 22 yang paling dekat jaraknya 140 meter, paling jauh 684 meter. Alhamdulillah…
Drama ini berakhir bahagia.
Tips SPMB
Buat teman-teman yang mungkin nanti anaknya mau masuk SMPN, bisa dipersiapkan jauh-jauh hari. Jika jalur domisili tidak memungkinkan, karena memang jaraknya paling jauh nggak sampai 1 km, bisa coba jalur lainnya.
Jalur prestasi, ini ada dua kategori. Prestasi rapor dan lomba. Raport ini juga tergantung dari nilai indeks sekolah. Kalau nilai sekolah jelek, bisa mengurangi nilai raport.
Prestasi lomba, bisa secara akademis maupun olahraga dan seni. Oh ya, pastikan perlombaan yang diikuti itu resmi dan diketahui oleh dinas terkait ya. Karena, jika tidak, tidak akan dihitung.
Baca Juga : Sekolah Negeri vs Sekolah Swasta, Pilih yang mana?
Kumpulkan prestasi lomba sebanyak-banyaknya mulai dari kelas 4 SD. Sebab, yang diakui adalah prestasi 3 tahun terakhir. Selain sertifikat, kumpulkan juga foro saat penerimaan piala atau medali. Jangan lupa juga minta surat pengantar dari sekolah setiap ikut lomba. Sebab, semua itu adalah dokumen yang harus dipenuhi untuk mendaftar jalur prestasi.
Lalu, saat pendaftaran, langsung daftar secepatnya. Pukul 00! Sebab, waktu pendaftaran juga bisa jadi penentu kelulusan. Bila ada peserta dengan nilai sama, maka yang dipilih ya yang paling duluan daftar.
Penutup
Sumpah, proses SPMB ini sangat menguras emosi, tenaga, dan pikiran. Tak heran bila saya langsung tumbang. SPMB bikin stress berat hingga membuat asam lambung naik.
Baca Juga : Kenapa Banyak Ibu Gagal Fokus saat SPMB? Ini Realitanya..
Namun, saya bersyukur. Drama ini berakhir bahagia. Alhamdulillah, si sulung diterima di sekolah negeri. Alhamdulillah bisa masuk SMPN impiannya.
Tidak ada komentar
Posting Komentar