Belakangan ini, saya sering merasa capek tanpa tahu persis capeknya di mana.
Bukan capek fisik yang bisa langsung hilang dengan tidur, tapi capek yang menetap—di kepala, di bahu, di dada. Capek yang tidak kelihatan, tapi terasa.
Mungkin ini bagian dari fase hidup yang sedang saya jalani. Dua tahun lagi usia saya 40. Angka yang pelan-pelan mengubah cara saya memandang banyak hal, termasuk cara saya memperlakukan diri sendiri. Saya tidak lagi tertarik membuktikan apa pun. Saya hanya ingin merasa cukup, sehat, dan tenang.
Karena itulah, pagi di acara Mindful Gratitude, Meaningful Growth terasa sangat relevan. Acara ini memang dibuat untuk merayakan ulang tahun pertama Arunava, tapi bagi saya, rasanya seperti ruang kecil untuk berhenti dan bernapas.
Datang Tanpa Ekspektasi, Pulang dengan Hati Lebih Penuh
Pagi itu di Aston Inn Jemursari Surabaya, saya datang tanpa ekspektasi berlebihan. Saya tidak sedang mencari pencerahan besar atau transformasi instan. Saya hanya ingin hadir sepenuhnya—tanpa multitasking, tanpa terburu-buru.
Sejak awal acara, suasananya terasa tenang. Tidak riuh. Tidak menuntut. Semuanya berjalan pelan, seperti mengingatkan bahwa wellness dan self-care memang tidak cocok dilakukan dengan tergesa.
Di usia mendekati 40, hal-hal seperti ini terasa semakin penting. Saya mulai sadar, tubuh tidak bisa lagi dipaksa seperti dulu. Dan mungkin, memang tidak seharusnya.
Mindful Yoga: Mendengarkan Tubuh Tanpa Menghakimi
Sesi mindful yoga bersama Widi menjadi pembuka acara. Saya memang menyukai yoga, tapi semakin ke sini, yoga bagi saya bukan lagi soal pose yang sempurna atau tubuh yang lentur. Yoga menjadi cara saya berdamai dengan tubuh sendiri.
Pagi itu, lewat gerakan yang lembut dan napas yang pelan, saya belajar untuk tidak membandingkan diri dengan siapa pun. Tidak memaksa. Tidak menghakimi. Hanya hadir.
Ada satu momen ketika saya sadar: tubuh ini sudah bekerja keras selama bertahun-tahun. Ia menyimpan lelah, stres, juga cerita hidup. Dan alih-alih menuntutnya terlihat “baik-baik saja”, mungkin yang dibutuhkan justru lebih banyak rasa terima kasih.
Yoga Bareng Sahabat, Kehangatan yang Tidak Tergantikan
Yang membuat pengalaman yoga ini terasa lebih hangat adalah karena saya melakukannya bersama sahabat. Kami berdampingan, bergerak pelan, bernapas bersama. Tidak banyak obrolan, tapi ada rasa ditemani.
Di usia seperti ini, saya semakin menyadari bahwa kebersamaan tidak selalu harus diisi dengan tawa keras atau percakapan panjang. Kadang, cukup hadir bersama dalam diam. Dan rasanya sangat menenangkan.
DIY Inhaler: Ritual Self-Care yang Membumi
Setelah yoga, sesi DIY inhaler menjadi lanjutan pengalaman wellness yang surprisingly personal. Kami meracik inhaler sendiri, memilih aroma yang paling sesuai dengan kebutuhan masing-masing.
Saya memilih aroma yang menenangkan—yang rasanya ingin saya simpan untuk hari-hari ketika kepala terlalu penuh. Sesi ini mengingatkan saya bahwa ritual perawatan diri tidak harus rumit. Kadang, satu tarikan nafas sadar sudah cukup untuk mengubah suasana hati.
Di fase hidup sekarang, saya justru semakin menghargai bentuk self-care yang sederhana dan realistis.
Doorprize dan Perawatan Kulit: Berdamai dengan Proses Aging Gracefully
Sesi doorprize datang sebagai kejutan yang menyenangkan. Jujur, saya tidak berharap apa-apa. Tapi ketika nama saya dipanggil dan saya mendapatkan free treatment laser dari klinik kecantikan, saya tersenyum lebar.
Di usia mendekati 40, cara saya memandang perawatan kulit juga berubah. Saya tidak lagi ingin “melawan” usia. Saya hanya ingin merawat diri dengan lebih lembut. Perawatan bukan tentang menutupi perubahan, tapi tentang menghargai proses aging gracefully.
Bagi saya, merawat kulit adalah bentuk self-love—bukan karena takut menua, tapi karena ingin menghormati tubuh yang sudah menemani saya sejauh ini.
Photo Booth dan Refleksi Diri
Menjelang akhir acara, sesi photo booth menjadi penutup yang manis. Saya melihat foto diri saya—tidak sempurna, tapi terasa jujur. Wajah yang lebih rileks. Senyum yang tidak dipaksakan.
Di momen itu, saya merasa cukup. Dan perasaan “cukup” ini terasa langka dan berharga.
Menjelang Usia 40, Saya Belajar Lebih Lembut pada Diri Sendiri
Pulang dari Mindful Gratitude, Meaningful Growth, saya tidak membawa pulang pencerahan besar. Tapi saya membawa pengingat kecil yang penting: bahwa saya boleh berhenti. Bahwa saya boleh pelan. Bahwa merawat diri bukan egois.
Menjelang usia 40, saya belajar bahwa beauty, wellness, dan self-love bukan tentang mengejar standar tertentu. Tapi tentang bagaimana saya hadir untuk diri sendiri—dengan jujur, dengan sadar, dan dengan lebih banyak rasa syukur. Seperti yang saya teladani dari salah satu senior blogger panutan, Dian Restu Agustina yang juga menuliskan bahagia caranya bahagia di usia jelita dan lolita.
Selamat ulang tahun pertama, Arunava. Terima kasih telah menciptakan ruang yang aman untuk melambat. Pagi itu membuat saya ingin lebih lembut pada diri sendiri. Hari ini, dan semoga seterusnya.
Tidak ada komentar
Posting Komentar