Dee Stories

Kumpulan artikel parenting yang ditulis oleh blogger parenting Indonesia.
Suka travelling & kuliner. Konselor ASI &MPASI.

Indonesia Darurat Sampah Makanan, Ini Peran yang Bisa Kita Lakukan

Sampah makanan

Halo, teman deestories..

Apa kabar? Masih semangat puasanya? 

Semoga terus semangat, ya! 


Bulan Ramadan biasanya jadi momentum yang tepat untuk melakukan perubahan. Seperti saya, yang ingin menjadikan momentum Ramadan ini untuk mengurangi sampah makanan. 


Kenapa harus mengurangi sampah makanan? Karena ternyata selama Ramadan sampah makanan justru meningkat. Ya, berdasarkan data dari Dinas Lingkungan Hidup (DLH) DKI Jakarta, jumlah sampah makanan yang masuk TPS Bantargebang, meningkat sebesar 39%.


Wah, padahal Ramadan itu harusnya bisa kita manfaatkan untuk mengatur pola makan agar lebih sehat. Bukan sebaliknya, berlebihan hingga mubadzir dan berujung menjadi sampah. 


Indonesia Darurat Sampah Makanan


Sebenarnya, persoalan sampah makanan ini nggak hanya terjadi saat Ramadan saja, lho. Sampah makanan di Indonesia jumlahnya sangat besar dan bisa menimbulkan masalah yang serius. 


Menurut laporan United Nations Environment Programme (UNEP) tahun 2021 lalu, Indonesia menjadi negara penghasil sampah makanan terbesar di Asia Tenggara. Jumlah sampah makanan di Indonesia mencapai 20,93 ton setiap tahunnya. 


Sampah makanan

Ironisnya, dalam Global Hunger Index 2021, tingkat kelaparan di Indonesia itu nomor tiga di Asia Utara. Bagaimana bisa di negara dengan tingkat kelaparan tinggi, justru menghasilkan banyak sampah makanan. 


Menurut survey, sayuran menjadi sampah makanan yang paling banyak dibuang, yaitu sebesar 31%. Kemudian diikuti oleh nasi (20%), daging (10%), ikan (10%), dan produk olahan susu sebesar 10%. 


Padahal, semua sampah makanan ini tergolong makanan sehat yang pasti dibutuhkan semua orang. Bahkan, bisa membantu mengatasi kelaparan. 


Dampak Sampah Makanan


Tentunya, masalah sampah makanan ini harus ditangani secara serius, ya! Sebab, tak hanya mengganggu perekonomian saja. Tapi juga bisa mengganggu kelestarian lingkungan. 


Sampah makanan ini bisa menambah akumulasi gas rumah kaca di atmosfer. Sebab, sampah makanan yang terbuang di tanah menyumbang 50-55% gas metana dan 40-45% gas CO2. 


Tentu kita tak ingin tragedi ledakan di TPA Leuwigajah tahun 2005 terulang kembali. Ledakan yang menewaskan 157 jiwa akibat penumpukan gas metana yang dihasilkan oleh sampah makanan. 


Sampah makanan ini juga bisa menghasilkan zat berbahaya yang bisa mengancam kesehatan kita, lho. Sampah makanan menghasilkan zat-zat kimia berbahaya, seperti Hexachlorobenzene, Dioxin, Polychlorinated biphenyl (PCB), dan Parafin terklorinasi rantai pendek (PFOS). 


Zat-zat tersebut dapat mengubah fungsi endokrin dan bisa memicu kanker. Tak hanya itu, PFOS dapat menyebabkan kerusakan pada sistem kekebalan tubuh. 


Peran yang Bisa Kita Lakukan


Tentunya kita tidak berdiam diri. Demi bumi yang jadi tempat tinggal kita satu-satunya, kita perlu berbuat sesuatu. Ikut berperan dalam mengatasi masalah sampah makanan. 


Berikut peran yang bisa kita lakukan untuk mengatasi sampah makanan. 


Pertama, bisa dimulai dari tahap persiapan makanan (prakonsumi). Kita bisa merencanakan sebaik mungkin penyajian makanan. Belanja bahan pangan sesuai kebutuhan. Menyusun menu. Ini bisa mencegah kita membuang bahan makanan. 


Kedua, tahap memasak dan makanan (konsumsi). Lakukan food preparation agar bahan makanan bisa awet sebelum diolah. Saat makan, biasakan untuk mengambil secukupnya dan menghabiskan makanan yang sudah kita ambil. 



Pengolahan sampah makanan


Ketiga, tahap setelah makan (pasca konsumsi). Saat makan diluar, jangan lupa membawa wadah. Bila tidak bisa menghabiskan makanannya, kita bisa simpan di wadah untuk dibawa pulang. 


Bila memang ada kelebihan makanan, jangan lupa berbagi dengan tetangga sekitar. Hindari membeli makanan yang tidak terlalu disukai. 


Keempat, kelola sampah makananmu sendiri. Kalaupun ada sampah makanan yang kita hasilkan, maka kelola secara mandiri agar tidak berakhir di TPA. 


Di rumah, saya menggunakan beberapa metode pengolahan sampah makanan ini, yaitu : 


Membuat keranjang takakura


Keranjang takakura

Saya membuat keranjang takakura untuk mengolah sampah makanan berupa kulit buah dan sayuran kering. Keranjang takakura bisa mengolah kulit buah dan sayuran kering untuk menjadi pupuk kompos yang sangat bermanfaat. 


Baca Juga : Membuat Keranjang Takakura


Menggunakan felita


Sampah makanan yang basah tidak bisa dimasukkan ke takakura. Jadi saya gunakan felita (fermentasi limbah rumah tangga). 


Felita


Mengolah sampah makanan dengan felita ini sangat mudah lho. Cukup masukkan sampah makanan lalu beri aktivatornya. Felita bisa menghasilkan pupuk tanpa bau dan bisa langsung digunakan. Hasilnya pupuk cair yang bisa langsung disiramkan ke tanaman.


Kulit Telur Dijadikan pupuk


Kulit telur bisa dijadikan pupuk, lho. Jadi, jangan dibuang ke tempat sampah dulu. 


Kulit telur bisa membuat tanaman tumbuh subu. Kulit telur mengandung kalsium karbonat, yang merupakan nutrisi baik bagi tanaman. 


Caranya cukup mudah, hancurkan kulit telur dan bahan organik lainnya, misalnya ampas kopi. Lalu taburkan di atas tanaman. Ini bisa jadi pupuk organik. 


Tak hanya mengurangi sampah kulit telur dan ampas kopi, saya juga bisa membuat tanaman di rumah tumbuh subur.


Disetor ke bank sampah


Minyak goreng sisa atau minyak jelantah juga menjadi sampah makanan jika tidak dikelolah dengan baik. Saya belum bisa mengolah sampah minyak jelantah ini sendiri. Jadi, saya setorkan ke bank sampah. 


Minyak jelantah


Bank sampah akan mengolah minyak jelantah menjadi barang-barang yang bermanfaat oleh bank sampah. Setiap liter jelantah yang disetor akan dikompensasi dengan rupiah. 


Dikreasikan menjadi compost art


Terkadang saya juga memanfaatkan kulit telur dan ampas kelapa untuk bahan kerajinan bersama anak-anak. 


Compost art


Ampas kelapa tidak dibuang, melainkan dikeringkan dan diberi warna. Ini akan menghasilkan kerajinan yang cantik dan menarik. 


Baca Juga : Cerita Seru Cegah Sampah Selama 7 Hari, Penuh Drama Tapi Dilarang Baper!!


Kelima, kita bisa juga menjadi bagian dari  #TeamUpforImpact. Ikuti challenge menyambut Hari Bumi 2023 dari Team Up For Impact (TUFI). Agar bisa berperan aktif dalam menyuarakan dan berpartisipasi dalam menjaga bumi tetap lestari.


Team up for impact


Dengan melakukan aksi nyata tidak menghasilkan sampah makanan seperti ini. Atau challenge lainnya, detail lengkapnya bisa teman-teman lihat di sini, ya! 


Penutup


Indonesia darurat sampah makanan. Sudah saatnya kita ambil peran. Ikuti challenge tidak menghasilkan sampah makanan dari TUFI. Lakukan aksi nyatamu dalam menghadapi sampah makanan ini. 


Ini aksi nyataku untuk tidak menghasilkan sampah makanan. Bagaimana denganmu? 


Share di kolom komentar, ya! 



43 komentar

  1. Aku penasaran dgn Felita ini ya kak. Ntar tolong bahas lebih lanjut sekalian bahan aktivatornya seperti apa. Soalnya limbah makanan di rumah itu banyak banget. Paling ya dikasih ke ayam aja sih. Tapi aku kan ingin jg punya kompos krn lagi pgn nanam sayuran di samping rumah.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sama, saya juga penasaran banget. Sekarang ini karena gak punya area pembuangan limbah makanan, solusi yg kami terapkan irit2 masak dan belanja makanan matang. Pokok kalau bisa sekali habis aja.

      Hapus
  2. Wow baru tahu datanya bahwa sampah makanan semakin melonjak saat ini, so sad. Tapi memang gak bisa menutup mata, dengan banyaknya makanan sisa yang dibuang begitu aja. Aku belajar meminimalisir itu mulai dari diri sendiri dan rumah dulu. Salah satunya dengan Foodprep dan kompakin dulu suara menu apa yang kira-kira mau dibikin dan akan dimakan semua.

    BalasHapus
  3. Bebersps bulsn ul bunda pernzh membeli Compose Bag tp tanpa kran. Memang rsnya lega gak ada sampah dapur atau daun2 kuning dari tanaman di pot. Bunda juga dpt EM4 cairan utk penghancur sampah. Tp setelah kurleb 1 bulan karena Compose Bagnya yang 85kg jelas seblm penuh aja udah berat. Mengeluarkan bau pekat dr air yg keluar karena di rmh bunda gak ada tanah utk serapan. akhirnya bunda kasih seseorang utk mengurusnya yg memiliki lahan tanah utk serapan cairan yg keluar dari compose bag dan ini bagus utk kesuburan tnh
    n ini bagus utk pupuk tanaman. Dimana bisa beli keranjang tatakuranya, Dee? Juga yg pske kran. Please advise bunda ya, mau bunds cari nih.

    BalasHapus
  4. bagus banget mba, udah diaplikasikan. Memang harus mulai dulu ya, kadang udah tau nih aku tapi belum action2. huhuuu.. sekarang udah dpt ilmunya dari sini terus kudu diamalkeun euy. Noted ah iniiiiii, keranjangnya coba cek2 di toko orange

    BalasHapus
  5. Alhamdulillah sudah lebih dari enam bulan aku nggak lagi membuang sampah makanan ke tempat sampah. Ada sedikit lahan di rumah yang bisa aku gunakan untuk mengompos.

    BalasHapus
  6. Halaman belakang rumah luas jadi bikin lubang yabg diisi sisa potongan sayur , makanan bisa jadi pupuk. Dimanapun berada berusaha menghabiskan makanan. Bahkan kalau di resto gak habis suka dibawa pulang, selalusiap tepak

    BalasHapus
  7. Sedih banget kak kalau ada orang yg hobi membuang makanan. Terutama pas ada pesta, makanan sisa di piring numpuk banyak :(

    Belum pernah coba bikin pupuk dari sampah makanan nih. Mau belajar dulu ah caranya.

    BalasHapus
  8. Suatu ironi ya, tingkat kelaparan tinggi, tapi jumlah sampah makanan juga tinggi.

    Kalau saya punya peliharaan mbak, ayam dan lele, jadi kalau ada sisa makanan langsung dikasihkan aja ke peliharaan

    BalasHapus
  9. Miris memang dengan darurat sampah makanan ini. Apalagi kalau semisal pas kondangan, acap kali melihat bertumpuknya sampah tersebut. Hix

    BalasHapus
  10. Miriss emang aku sendiri juga sedih apalagi sisa nasi yg nempel di majicjar susah kalau di rendem air jadi banyak sisa nasi basahnya....belum lagi tulang belulang naah tertarik denga kulit telur baru tau akuu bisa menyuburkan tanaman

    BalasHapus
  11. Klo keranjang Takakura menurut prosesnya kelamaan buat dipanen hasilnya. Blm lagi jijiknya karena hrs di aduk, pasti ada belatungnya dan bau pula. Yg Felita malah baru tahu, jd penasaran pengin nyoba.

    BalasHapus
  12. Saya masih gagal terus bikin takakura. Selain bau juga saya gak tahan ngaduk-aduknya, heuheu.Sepertinya masih kurang ilmunya. Karena beberapa teman berhasil dan bisa panen berkali-kali.

    BalasHapus
  13. aku masih kesulitan nih ngelola sampah dapur mba, soalnya aku ngga ada lahan juga untuk bikin kompos gitu. paling bisanya dengan nyusun menu dan meminimalisir makanan terbuang

    BalasHapus
  14. Aku biasanya tak jadikan kompos pakai komposter jenis container, sayangnya ga semua jenis sampah bisa masuk. Jadi penasaran sama FELITA nih, mirip ecoenzym kah?

    BalasHapus
  15. aku juga biasanya tak jadikan kompos dan kalau ada kulit buah aku buat jadi Eco Enzyme

    BalasHapus
  16. Apalagi pas bulan Ramadhan kek gini ya kak, ngga kebayang ada berapa tuh yang kebuang makanan karena biasanya orang2 pada laper mata lalu ngga dihabisin.:((

    BalasHapus
  17. Ada hal yang membuat kita miris selama ini, sampah makanan sampai ber ton-ton, namun banyak juga yang kesulita mencari makan. Poin pentingnya, kita harus bisa menahan diri juga nih, tidak syukur borong makanan agar tidak menambah jumlah sampah makanan.

    BalasHapus
  18. Memang ya, kalau bukan dari kita sendiri yang mengolah sampah, lalu siapa lagi. Sebagai unit terkecil dalam lingkungan kita juga harus bisa mengelola sampah terutama sampah makanan.

    BalasHapus
  19. Felita ini apa yaa, bisa dijelaskan lebih lanjut?dirumahku juga udah diterapkan bikin pupuk, ada 3 tempat, kompos drmhku

    BalasHapus
  20. inspiratif sekali, jarang-jarang sampah makanan diolah jadi kesenian yg bernilai tinggi. Cuman saya, sosialisi ke desa-desa itu menurut saya kurang banget, semoga kedepan pemerintah bisa semakin memperhatikan hal-hal seperti ini

    BalasHapus
  21. wah ternyata sampah makanan tuh cukup mengkhawatirkan ya, yuk coba praktekkin ah tipsnya buat mengolah sampah makanan kita sendiri2 dulu deh di setiap rumah masing2

    BalasHapus
  22. wah makasih kak untuk tipsnya. ini bisa bermanfaat untuk orang banyak biar lebih sadar lingkungan

    BalasHapus
  23. wow Indonesia darurat sampah makanan? Ternyata ya, kita bs berkontribusi buat mengolah sampah makanan di rumah jd bs mengurangi beban sampah negara yaa

    BalasHapus
  24. Aku baru tau ttg felita dan Takakura ini Mbaaa 😍👍. Jadi pengen cobain. Beneran ga bau Yaa yg felita? Aku uh berusaha bangetttt utk ga buang2 makanan. Walopun belum bisa 100%. Sayangnya rumahku ga ada halaman , jadi memang sisa makanan mau ga mau berakhir di tong sampah 😮‍💨

    Pengen sih cobain cara mba di atas tadi👍

    BalasHapus
  25. ih iya deh aku tuh paling sebal kalau orang makan tuh sisah. Aku tuh sebisa mungkin makan tak bersisah dan harus habis. Begitu juga dengan anak dan suamiku, harus habis. Karena selain aku belum bisa mengompos dan memang nanti tuh sampah makanan jadi menumpuk.

    BalasHapus
  26. Pengen banget someday bisa mengolah limbah rumah tangga sendiri supaya mengurangi sampah harian.

    BalasHapus
  27. Terimakasih banget artikelnya. Aku pengen bikin takakura di rumah

    BalasHapus
  28. pengen banget nih punya felita, mohon infonya dong kak bisa beli dimana? PR banget ini mengolah sampah makanan apalagi untuk saya yang gak punya lahan tanah.

    BalasHapus
  29. impian sih bisa mengelola sampah dari rumah, mungkin caranya bisa selalu menghabiskan makanan yang disajikan ya

    BalasHapus
  30. Mulai dengan makan secukupnya jangan sampai ada sampah yah, ini saya terapkan di rumah. Jadi kalau ambil makanan dikit dulu kalau kurang nanti bisa nambah, daripada kebuang kan sayang dan berdampak tidak baik sampah makanan itu.

    BalasHapus
  31. Iyaaaa sampah makanan menumpuk dan bikin efek rumah kaca makin parah.
    Wah seruuu ikutan challenge gini. Yg felita itu buat dispensernya beli di mana? Trus aktivatornya tu maksudnya apa? Supaya gak bau gtu?

    BalasHapus
  32. Wahh emang deh sampah makanan ini paling banyak dari rumah tangga. Ohh mba bikin takakura yaah. Aku bikin kompos sih, buat mengolah sampah makanan biar ngga makin menggunung.

    BalasHapus
  33. Sampah makanan di negeri kita luar biasa. Kadang belanjanya itu kalap. Enggak habis, terus dibuang. Makan di resto pesen banyak gak habis, dibuang.

    Aksi saya baru belanja makanan/bahan makanan seperlunya saja. Dan harus dihabiskan.

    BalasHapus
  34. Halo mba makasih sudah mengingatkan. Sedih memang ya mba kalau ini semakin bertambah sampah dan terancam juga masa depan anak anak. Apa yang mba sarankan mulai dari memilih makanan atau lakukan food preparation sudah aku lakukan mba karna membantu

    BalasHapus
  35. Jujur kalau lihat ada makanan yang sampai gak habis dan ujungnya jadi sampah, itu bikin sedih lho. DI luar sana kan banyak yang kelaparan. Jadi memang harus dimulai dari kita untuk mengurangi sampah ini. Makan secukupnya, jangan tersisa

    BalasHapus
  36. Aktivator untuk felita belinya dimana, mbak? Paling meresahkan nih sampah basah. Kalau dibuang di tempat sampah biasa kan bikin bau yaaa...

    BalasHapus
  37. Aku pernah bersama suami membuat kompos dari limbah atau sampah makanan dan alhamdulillah itu bermanfaat membaca ini jadi terinspirasi juga untuk mengelola sampah apalagi bisa diaplikasikan ilmunya dengan ibu-ibu di sekitar rumah

    BalasHapus
  38. Ternyata sampah makanan jadi yang terbanyak penyumbang samah di negara ini ya. Selain mubazir juga mengotori bumi

    BalasHapus
  39. Sampah makanan memang sedang dalam buah bibir karena Indonesia penyumbang terbesarnya nih. Semoga dijadikan solusi ya.

    BalasHapus
  40. Akuu mau mulai mempraktekkan kulit telur nih mbaa...krmarin beberapa hari anak2 tidak makan telur tadi sahur ceplok telur alhasil.kulitnya mau aah dicoba buat tanaman

    BalasHapus
  41. Makasih inspirasinya mbak, saya sendiri masih belum bisa mengolah sampah makanan dengan baik, InsyaAllah mau coba dibuat kompos kayaknya lebih praktis yaa

    BalasHapus
  42. Wah sedih baca judulnyaa.. huhuhu. Kayanya aku juga harus mulai mengolah limbah sampah makanan sendiri di rumah nih. huhu. Makasi banget informasinya ya maaak

    BalasHapus