Dee Stories

Kumpulan artikel parenting yang ditulis oleh blogger parenting Indonesia.
Suka travelling & kuliner. Konselor ASI &MPASI.

Suami Istri Beda Pilihan Capres, Emang Boleh?

  

Suami Istri Beda Pilihan Capres, Emang Boleh?



Hari ini, 14 Februari 2024 menjadi hari penting bagi seluruh rakyat Indonesia. Bukan, bukan untuk merayakan Hari Valentine, tetapi untuk menyalurkan hak politiknya. Pemilu (Pemilihan Umum) serentak digelar hari ini. 


Hajatan lima tahunan ini disambut antusias oleh rakyat Indonesia. Pemilu kali ini memilih presiden, anggota DPR, DPRD Provinsi, DPRD Kota, dan DPD (Dewan Perwakilan Daerah). 


Saya dan suami sudah ke TPS (Tempat Pemungutan Suara). Pukul 8 pagi kami berangkat ke rumah ibu mertua yang jaraknya sekitar 11 km dari rumah. 


Ya, meski telah memiliki rumah sendiri, secara administratif kami masih beralamat di rumah ibu. 


Perbedaan Pandangan Politik dalam Rumah Tangga


Beberapa waktu lalu sempat viral di media sosial, sepasang kekasih putus hanya karena beda pilihan presiden. Salah satunya tak menerima perbedaan tersebut, dan memilih mengakhiri hubungan. Duh, segitunya ya. 


Hmm, bagaimana dengan saya dan suami? Apakah kami juga memiliki perbedaan pandangan politik? 


Sejauh ini, kami memiliki pandangan politik yang sama. Dua belas tahun menikah, kami jarang punya pilihan politik yang berbeda. 


Seingat saya, baru sekali kami berbeda pilihan politik. Saat itu pemilihan gubernur Jawa Timur. Kami memilih calon yang berbeda. 


Lalu, apakah itu menjadi perselisihan dalam rumah tangga? Ya nggak lah! 


Baca Juga : Tak Hanya Selingkuh, 5 Hal Sepele Ini Juga Bisa Merusak Rumah Tangga


Beruntung saya dan suami sama-sama melek politik. Dia lulusan fakultas hukum, sedangkan saya FISIP (Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik). Kami sering berdiskusi tentang politik, hukum, dan pemerintahan. Hahaha, kadang memang seserius itu obrolan kami di rumah. 


Jadi, saat berbeda pilihan, masing-masing kami tentu saling menghormati. Sebab, setiap pilihan yang diambil, tentu ada alasannya. Suami tahu, setiap saya memilih presiden atau anggota dewan, itu bukan hasil cap cip cup, tapi saya memang sudah mengenali pilihan saya. Mencari tahu sepak terjangnya juga program-program yang dijanjikan. Dia pun begitu. 


Perbedaan pandangan politik dalam rumah tangga itu biasa. Setiap orang juga berhak menentukan pandangan politiknya. Tak boleh dipaksa.


Bercerai Karena Perbedaan Pandangan Politik


Tampaknya bukan kasus sepasang kekasih itu saja yang putus karena perbedaan pandangan politik. Nyatanya, bahkan ada pasangan suami istri yang bercerai karena perbedaan pandangan politik. 


Menurut data Badan Peradilan Agama yang diperoleh BBC News Indonesia, tingkat perceraian yang disebabkan persoalan politik bersifat fluktuatif.


Pada 2009, tingkat perceraian karena persoalan politik mencapai 402 kasus. Lalu, pada 2010, berkurang menjadi 334 kasus.


Baca Juga : Dua Kesalahan Fatal dalam Pernikahan yang Tak Bisa Dimaafkan


Pada 2011, kasus perceraian yang dilatarbelakangi persoalan politik mencapai 650 kasus. Namun, angka perceraian cukup tinggi karena persoalan politik terjadi pada tahun 2015 atau setahun setelah Pemilu 2014. Angkanya mencapai 21.193 kasus.


Wah, banyak juga ya. Ternyata seserius itu pengaruh perbedaan pandangan politik dalam rumah. 


Perbedaan Pandangan Politik dalam Rumah Tangga, Apakah Boleh? 


Lalu sebenarnya, apakah boleh suami istri memiliki perbedaan pandangan politik? Kalau dari sisi hukum, boleh-boleh saja. Di Undang-Undang sudah dijamin kebebasan dalam politik? 


Bagaimana dalam agama? Apakah boleh suami istri beda pandangan politik?  Apakah istri yang memiliki pandangan politik berbeda dari suaminya termasuk istri durhaka? 


Kalau secara Islam, sudah jelas jika :


Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita. Hal ini karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka.” (QS. An-Nisa’ [4]: 34)


Maka, sudah selayaknya apa yang dikatakan suami, adalah hal yang harus dilakukan istri. Tapi tentu saja hal tersebut tidak berlaku untuk semua urusan, ya. 


Pada konteks pilihan Capres seorang suami lebih baik membebaskan istri menganalisa Capres secara mandiri. Karena masing-masing kepala meskipun dalam satu rumah akan berbeda dalam menilai kapasitas Capres. 


Membebaskan istri merupakan bentuk suami dalam menghormati istri. Istri pun tidak perlu khawatir dicap sebagai istri yang tidak patuh kepada suami.


Sama seperti pergi ke coffee shop, suami istri tak harus pesan kopi yang sama, bukan? Saya selalu memilih es americano, dan suami memilih hot latte. Perbedaan ini sah-sah saja, selera orang tidak sama. 


Ingat juga, dalam agama Islam pun, perbedaan itu sesuatu yang sunnatullah. Jadi, suami istri beda pandangan politik itu boleh. 


Menyikapi Perbedaan Pandangan Politik dalam Rumah Tangga


Bagaimana menyikapi perbedaan pandangan politik dalam rumah tangga? Bagaimana rumah tangga tetap utuh meski pandangan politik terbelah? 


Santai saja. Hormati setiap perbedaan yang ada. Saling diskusi itu boleh, yang penting nggak saling ngotot


Jangan saling menjelekkan pilihan masing-masing. Hargai setiap pendapat. 


Baca Juga : Mendukung Ibu Menyusui, Kriteria Penting dalam Memilih Calon Presiden


Pemilu itu penting, tapi rumah tangga jelas lebih penting lagi. Jangan mati-matian membela capres. Ingat, politik itu dinamis. Dalam politik tidak ada kawan dan lawan yang abadi, yang abadi adalah kepentingannya. 


Suami istri beda pilihan capres, emang boleh? Boleh lah! 


11 komentar

  1. Perbedaan itu adalah hal yang bersifat dinamis. Berbeda bukanlah masalah, namun lebih menjadi anugerah. Begitu juga negara ini, menjadi besar berkat keragamannya. Namun, perlu juga diingat, perbedaan jika tidak disikapi dengan baik dapat memicu perpecahan. Suka banget dengan kiat yang dibagikan melalui tulisan ini. Sebuah pandangan menarik tentang merangkul perbedaan.

    BalasHapus
  2. Alhamdulilah kalau aku dan suami selalu sama tp dengan anak tahun ini berbeda , ya gak jadi masalah karena mereka sdh dewasa dan sudah punya pemikiran sendiri

    BalasHapus
  3. Pelajaran ini untuk semua keluarga. Beda pilihan capres itu boleh. Jangan sampai bertengkar, apalagi berpisah ya Mbak. Saya di keluarga pun berbeda-beda. Meski sering berdebat panas, tapi ya akhirnya ya sudahlah.

    BalasHapus
  4. Beda pilihan capres itu biasa. Namanya juga negara demokrasi. Alhamdulillah ya kalau masih ada suami yg membebaskan pilihan politik istrinya dan gak maksa2 kudu milih pihak tertrntu.

    BalasHapus
  5. Di dalam rumah memang sangat memungkinkan beda pandangan politik. Tapi ya jangan juga jadi malayangkan gugatan ini-itu ya, kan rugi hihi

    BalasHapus
  6. Padahal habis milih jg ga ada efeknya ke rumah tangga siapapun pemenangnya. Yg jd masalah utama menurutku bukan perbedaannya, tp cara menyikapi perbedaan tersebut yg bikin konflik dan berujung perpisahan.

    BalasHapus
  7. Hihihi, bagus amaaatt temanya, Dee..
    Aku jadi senyum-senyum sendiri inget diskusi kita di bis. Emang yaa, kalau orang awam kaya aku mah politik hanya sebatas itu. Tapi sebelum ke TPS, aku uda sholat hajat dulu. Semoga Allah takdirkan Indonesia damai, makmur dan sejahtera.
    Aamiin~

    Aku sama suami sii.. sama kayanya mah..
    Hahaha, suamiku tuh kalo diajakin diskusi politik paling gamau. Gimana yaa.. dia tipikal pendengar yang baik. Uda gitu aja. Hahaha.. krriikkriikk~

    BalasHapus
  8. Pemilu kemarin aku dan suamiku berbeda pilihan. Tapi kita sama-sama menerima pilihan masing-masing walau pada akhirnya pilihan kami kalah semua. wkwk. Janganlah sampai hubungan rusak karena perbedaan pandangan politik, terlalu sayang.

    BalasHapus
  9. Boleh banget...kebetulan keluarga kami adem ayem ajaa beda pemilih, sampari.akehra8

    BalasHapus
  10. Kalau sampai terjadi perceraian, bisa jadi sebelumnya memang udah ada masalah internal antara mereka. Perbedaan pilihan politik cuma puncak yang terlihat oleh mata umum.

    BalasHapus
  11. Berbeda pendapat kan wajar bahkan kami pun sepakat untuk tidak sepakat juga kok, beda kasus lagi kalau itu urusan rumah tangga, nah ini harus sepaham

    BalasHapus