Dee Stories

Kumpulan artikel parenting yang ditulis oleh blogger parenting Indonesia.
Suka travelling & kuliner. Konselor ASI &MPASI.

Bertengkar di Depan Anak Tak Selalu Berdampak Buruk. Ada Sisi Baik yang Bisa Dipelajari Oleh Anak

 


Bertengkar di Depan Anak Tak Selalu Berdampak Buruk. Ada Sisi Baik yang Bisa Dipelajari Oleh Anak




Aku takut saat bunda dan ayah bertengkar. Aku takut bunda dan ayah bercerai. 


Kalimat tersebut meluncur dari bibir si bungsu. Pagi hari sebelum berangkat sekolah dia mengungkapkan perasaannya. Semalam, saya dan suami bertengkar hebat. Pertengkaran itu pun dilihat oleh dua anak kami.


Banyak yang bilang, jangan sampai orang tua bertengkar di depan anak. Katanya, akan memberikan dampak yang buruk terhadap perkembangan emosi anak. 


Saya tahu hal ini. Namun, sebagai manusia biasa, wajar jika kadang lepas kontrol. Pertengkaran semalam saya akui sangat brutal. Saya marah besar hanya karena hal yang sepele. Mungkin, saat itu kondisi fisik lelah, sehingga emosi pun tak bisa terkontrol. Bagai orang yang kesetanan, saya berteriak histeris dan hampir minggat dari rumah. Duh.


Saat kami bertengkar, anak-anak memilih masuk ke dalam kamar. Namun, tentu saja mereka mendengar teriakan saya. Mereka juga melihat saya mengambil tas untuk pergi dari rumah. 


Syukurlah, suami memilih tetap tenang dan sabar. Emosi saya pun mereda. Meski sampai titik akhir, tidak ada permintaan maaf dari suami. Padahal, saya marah juga karena dia yang salah. Tapi, suami malah mengajak saya keluar rumah. Kami jalan sebentar untuk mencari makan malam. Memang ya, kalau perut kenyang, hati jadi tenang. 


Oke, kembali ke topik. Benarkah bertengkar di depan anak itu hal yang harus dihindari? Apakah bertengkar di depan anak selalu berdampak buruk? 


Dampak Bertengkar dihadapan Anak


Konflik dalam hubungan orang tua sering dianggap sebagai hal negatif, tetapi tidak selalu demikian. Faktanya, melihat orang tua bertengkar bisa membawa dampak positif yang penting bagi perkembangan anak. Berikut adalah beberapa dampak positifnya:


Belajar mengelola konflik


Melihat orang tua bertengkar bisa menjadi pelajaran penting bagi anak tentang bagaimana mengelola konflik dengan cara yang sehat dan konstruktif. Mereka dapat melihat contoh tentang bagaimana berkomunikasi dengan jujur, mendengarkan dengan empati, dan mencari solusi yang memuaskan kedua belah pihak.


Memahami kebutuhan emosional


Konflik antara orang tua bisa membantu anak memahami bahwa orang dewasa juga memiliki emosi dan kebutuhan yang perlu diungkapkan. Ini membantu anak memahami kompleksitas hubungan manusia dan meningkatkan empati mereka terhadap orang lain.


Belajar mengungkapkan perasaan


Terapis perkawinan dan keluarga di Denver, AS, Susan Heitler, Ph.D., mengatakan bahwa dengan melihat pertengkaran orang tuanya, anak-anak akan belajar bahwa kita semua perlu mengungkapkan perasaan. Jika anak-anak tidak pernah belajar mengungkapkan perasaan mereka yang sebenarnya, mereka mungkin akan tumbuh dengan selalu menekan perasaan negatif mereka dan bahkan mempercayai bahwa konflik tidak akan pernah bisa diselesaikan secara konstruktif.


Mengasah keterampilan sosial


Melihat orang tua mengatasi konflik dapat membantu anak mengembangkan keterampilan sosial yang penting, seperti kemampuan untuk menempatkan diri di posisi orang lain, bernegosiasi, dan bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama.


Memperkuat hubungan keluarga


Ironisnya, konflik yang diatasi dengan baik dapat memperkuat hubungan keluarga. Ketika orang tua mengatasi perbedaan dengan cara yang dewasa dan mengkomunikasikan respek dan cinta satu sama lain, anak akan melihat bahwa meskipun ada ketegangan, kasih sayang dan dukungan tetap ada di antara mereka.


Baca Juga : Dua Kesalahan Fatal dalam Pernikahan yang Tak Bisa Dimaafkan


Belajar menyelesaikan masalah


Tahukah teman-teman, jika memalsukan keadaan rumah tangga dengan mengatakan, “Tidak ada apa-apa, nak” pada si kecil yang telah melihat pertengkaran orang tuanya, maka hal ini bisa berdampak negatif pada bagaimana ia bisa menyelesaikan masalah di kemudian hari. Mereka jadi tidak akan punya keterampilan untuk menghadapi benturan dengan temannya, bosnya, atau dalam hubungan romantisnya kelak. Sebab, ia terbiasa dengan ‘menutupi’ sebuah masalah. Saat melihat orang tua bertengkar kemudian berdamai, anak belajar bagaimana menyelesaikan masalah. 


Mendorong pendewasaan


Konflik dalam keluarga bisa menjadi kesempatan untuk pendewasaan bagi semua anggota keluarga, termasuk anak-anak. Mereka dapat belajar untuk menjadi lebih fleksibel, sabar, dan bertanggung jawab atas emosi dan tindakan mereka sendiri.


Tidak ada keluarga yang sempurna


Pertengkaran orang tua di depan anak menunjukkan bahwa tidak ada keluarga yang sempurna. Mustahil ada keluarga yang adem ayem tanpa pertengkaran. Pertengkaran adalah hal biasa, menjadi dinamika dalam rumah tangga. Selama bisa diselesaikan dengan baik. Tidak ada keluarga yang sempurna, yang ada hanya keluarga yang akan selalu bertumbuh untuk terus menjadi lebih baik setiap harinya.


Baca Juga : Refleksi 12 Tahun Pernikahan


Namun demikian meski pertengkaran di depan anak memiliki dampak positif, penting bagi orang tua untuk mengelola konflik dengan bijaksana dan memastikan bahwa anak merasa aman dan terlindungi. 


Komunikasi terbuka, penghormatan, dan kesadaran akan dampak emosional anak harus selalu menjadi prioritas utama dalam menangani konflik dalam keluarga. 


Meski sedih mengetahui perasaan anak setelah melihat saya dan suami bertengkar, saya tidak menyesal. Saya berharap anak-anak bisa mengambil dampak positif dari pertengkaran orang tuanya. 



Bagaimana dengan teman-teman? Apakah pernah juga bertengkar dihadapan anak-anak? 



14 komentar

  1. Kalau beda oendapat sering sih di depan anak2 tp kalau sampai bertengkar hebat gak pernah . , aku suka menjelaskan kalau ada oendapat berbeda sebaiknya dicari solusinya, win2 solution

    BalasHapus
  2. iya, sih, bener juga. tapi sebagai orang tua, kita tetap harus jaga kata-kata ya. biar enggak ditiru sama anak pas bertengkar

    BalasHapus
  3. Penting bagi orang tua untuk belajar mengelola emosi dan menyelesaikan konflik dengan cara yang konstruktif, agar pertengkaran di depan anak tidak menjadi trauma yang membekas dan berdampak negatif pada aspek tumbuh kembang anak dimasa mendatang.

    BalasHapus
  4. Kadang saya juga tanpa sadar bertengkar di depan anak karena masalah sepele. Untunglah suami sabar. Astaghfirullah Al adzim semoga kita bisa jadi orang tua yang lebih baik lagi ya.

    BalasHapus
  5. iya juga, waktu kecil pernah menyaksikan pertengkaran kedua orang tua, efeknya buat diri sendiri saat nanti jadi orang tua sebisa mungkin tidak memperlihatkan konflik di depan anak.

    BalasHapus
  6. Aku gak suka lihat ortuku bertengkar apalagi pakai ngomong nada tinggi. Jadi secara pribadi, sebisa mungkin nanti gak bertengkar di depan anak. Cuma kalau ngomel di depan Bocah, ini sering, hahaha. Etapi dia emang jadi ngerti sih kalau kita orang dewasa marah itu gimana

    BalasHapus
  7. Baca tulisan ini saya jadi ingat film yang baru saya tonton dua hari lalu, di film berkudul Dua Hati Biru tersebut ada adegan dimana sang anak yg masih berusia 4 tahun menyaksikan kedua orangtuanya bertengkar dengan saling berteriak.

    Menurut saya hal tersebut bisa menimbulkan trauma khusus bagi sang anak. tapi saya juga setuju bahwa tidak ada keluarga yg sempurna dan kita bisa mengambil pelajaran dan melihat sisi positifnya seperti poin2 yg disebutkan diatas.

    BalasHapus
  8. Wah ternyata ada positifnya juga (?) saya mah sering merasa bersalah

    BalasHapus
  9. Salah satu pembelajaran terbaik dari tumbuh kembang anak adalah ketika kedua orang tuanya berantem, namun mereka memutuskan untuk berantemnya tidak di depan anak, tapi di dalam kamar pribadi yang jauh dari pantauan anak

    BalasHapus
  10. Kadang suka gak sadar kalo pas bertengkar, si kakak lagi duduk, tapi dia y pura2 gak denger, tapi sy rasa dia nyimak juga, tapi akhirnya saya kayak rasa bersalah gitu ke anak.

    BalasHapus
  11. Hmmm, kalau saya pribadi, melihat ortu bertengkar itu menimbulkan trauma tersendiri mba. Dulu ortu saya demikian, meskipun tiap bertengkar akhirnya berbaikan lagi tapi saya banyak menerima efek negatifnya hingga dewasa. Rasanya sulit mengungkapkan emosi, perasaan dan terkadang merasa gak berharga mba

    BalasHapus
  12. Bertengkar di depan anak kadang pernah, di luar kontrol ya. Tapi bertengkarnya karen amis komunikasi aja. Anak kemudian tanya, kenapa? Baru deh kita kasih penjelasan, dan cara mengatasinya begini, begitu.

    BalasHapus
  13. Setuju kak jangan karena bertengkar di depan anak, malah keterusan berantemnya. Ini yang perlu diantisipasi juga ya

    BalasHapus
  14. Bagus banget tulisannya, Di.
    Aku sendiri orangnya nahan-nahan kalo emosi. Kalaupun ada debat diantara kami, anak-anak tau kalau itu bukan bertengkar. Itu hanya diskusi ringan. Maklum yaa.. pasangan sama-sama Surabaya suka hi-tone.

    Tapi iya sih Di..
    Kami pernah bertengkar juga lebih memilih tidak menunjukkan pada anak. Karena aku nangisan kaan.. Aku kalo uda desperate, pasti nangiiisss teruuss sampek bengep mata.

    Di mata anak-anak, mama nangis = abis nonton drama sedih.
    That's it.

    Tapi insightful banget tulisan Dian mengenai pertengkaran dan efeknya pada anak-anak.
    Memang pertengkaran gak baik, tapi juga bukan berarti buruk. Karena biasanya, abis berantem, kita jadi sama-sama memahami maunya pasangan.

    BalasHapus