Dee Stories

Kumpulan artikel parenting yang ditulis oleh blogger parenting Indonesia.
Suka travelling & kuliner. Konselor ASI &MPASI.

Film 22 Menit, Tak Sekadar Menunjukkan Kehebatan Polisi. Ada Tiga Pelajaran Berharga yang Bisa Diambil.







Akhir pekan ini saya dan suami memilih menghabiskan waktu bersama dengan menonton bisokop. Film yang menjadi pilihan kami kali ini adalah film 22 Menit. Sebuah film karya Eugene Panji dan Myrna Paramita. Film ini dibintangi oleh beberapa artis papan atas. Diantaranya Ario Bayu, Mathias Mucus, dan Ardina Rasti.


Film 22 Menit ini terinspirasi kisah nyata peristiwa bom Sarinah atau bom Thamrin yang terjadi di Jakarta pada Januari 2016 lalu. Film ini menceritakan bagaimana gemilangnya kesatuan polisi dalam memberantas aksi terorisme hanya dalam waktu 22 menit. Secara kesuruhan film berdurasi 1 jam 11 menit ini banyak berfokus pada lembaga kepolisian itu sendiri. Bagaimana polisi menjalankan tugas-tugasnya. Baik menjadi polisi lalu lintas sampai polisi satuan tindak terorisme.


Film dengan alur maju mundur ini cukup membuat penonton ikut tegang saat menonton adegan bagaimana polisi berusaha menangkap pelaku teror. Ada lima sudut pandang yang diceritakan dalam film ini. Ario Bayu menjadi anggota pasukan anti terorisme bernama Ardi, Ade Firman Hakim memainkan polisi lalu lintas bernama Firman, Ardina Rasti sebagai pelanggar lalu lintas bernama Dessy, Hana Malasan menjadi pengunjung kedai kopi bernama Mitha, dan Ence Bagus memerankan office boy bernama Anas. Dimana kelimanya saling terkait dan ada di tempat yang sama saat peristiwa teror terjadi.


Kendati ada beberapa logika cerita yang kurang pas dalam film ini, ada tiga pelajaran berharga yang bisa diambil dari film ini.
Pertama, setiap pekerjaan memiliki resiko tersendiri. Adegan awal menceritakan bagaimana Firman (Ade Firman Hakim) berkonflik dengan calon istrinya. Pernikahannya terancam batal karena dia dipindahtugaskan ke daerah perbatasan. Disini sebagai seorang polisi harus siap menjalankan setiap tugas yang diberikan. Siap ditugaskan dimanapun dan kapanpun. Film ini juga menceritakan bagaimana polisi adalah pekerjaan dengan resiko besar. Bahkan terkadang nyawa menjadi taruhannya. Salut kepada para polisi yang dengan berani menjakankan setiap tugasnya. Sebenarnya tak hanya polisi yang memiliki resiko pekerjaan, setiap pekerjaan memiliki resikonya masing-masing. Tentunya kita harus sudah paham dan siap dalam menerimanya.

Kedua, maut tak pernah permisi. Kisah haru para korban dalam film ini mengajarkan pada saya bahwa maut bisa datang kapan saja. Tanpa kita sadari, bila sudah waktunya pasti ajal akan menemui kita. Inilah yang harunya menjadi pengigat untuk senantiasa berbuat baik. Mengumpulkan banyak bekal saat hari pembalasan nanti. Sebab maut tak pernah datang dengan permisi. Siapkan saja diri kita.

Ketiga, pentingnya Kerjasama Tim
Di film ini juga diajarkan bahwa dalam sebuah tim diperlukan kerjasama. Keberhasilan polisi dalam mengatasi aksi tetorisme dalam waktu singkat tak terlepas dari baiknya kerjasama antar semua kesatuan polisi. Mulai dari anggota hingga jendral bersatu mengatasi aksi teror tersebut. Sebuah tim akan selalu butuh kerjasama yang baik untuk mencapai tujuan.


Meskipun endingnya terasa mengagantung, film ini cukup menghibur untuk mengisi akhir pekan. Bagaimana dengan kamu? Apa film pilihanmu akhir pekan ini?



4 komentar

  1. Film yang kisah thamrin ya. Fokus ke polisi soalnya pas itu byk yg bilang rekayasa. Padahal polisinya juga sepenuh hati bertugas

    BalasHapus
  2. wah belumnonton, makasih ceritanya

    BalasHapus
  3. Baru liat trillernya aja udah keren bgt actionnya mantap deh film Indonesia

    BalasHapus
  4. wah saya malah ga tau kalau ada film ini, sepertinya jadwal tayangnya terbatas ya, seperti film spirit 212.

    BalasHapus