Dee Stories

Kumpulan artikel parenting yang ditulis oleh blogger parenting Indonesia.
Suka travelling & kuliner. Konselor ASI &MPASI.

Kenangan Buku Kegiatan Ramadan yang Tak Terlupakan


Kenangan Buku Kegiatan Ramadan yang Tak Terlupakan - Lebaran semakin dekat, enam hari lagi hari kemenangan akan tiba. Mendekati lebaran seperti ini, ingatan saya kembali ke masa kecil. Saya teringat akan buku kegiatan Ramadan.


Buku Kegiatan Ramadan



Buku Kegiatan Ramadan
Buku Kegiatan Ramadan | Guru Kecil



Saat kecil kita pasti kenal dengan buku kegiatan Ramadan. Buku ini akan ada setiap Ramadan tiba. Buku yang berisi ceklist kegiatan ibadah selama Ramadan. Buku ini juga mewajibkan kita mencatat isi kultum (kuliah tujuh menit).


Kultum adalah singkatan dari kuliah tujuh menit. Kuliah adalah proses memberi dan menerima ilmu. Tujuh menit menggambarkan singkatnya waktu yang dibutuhkan. Dengan demikian Kultum adalah semacam forum atau majelis untuk berbagi ilmu atau dakwah. Kultum diberikan pada umumnya saat dalam bulan ramadhan dan dilaksanakan pada bakda shalat isya’ menjelang shalat tarawih dan bakda shalat subuh.


Dulu saat kecil, buku kegiatan ini akan selalu kita bawa ke masjid. Selepas shalat tarawih, kita akan khusyu mendengarkan isi kultum yang disampaikan oleh imam. Tak hanya mencatat isi kultum, tetapi juga berburu tanda tangan imam dan stempel masjid.


Kenangan Buku Kegiatan Ramadan



Banyak kenangan seputar buku kenangan Ramadan ini, diantaranya :


1. Semangat di Awal


Namanya juga anak-anak, di awal semangat masih sangat menggebu-gebu. Termasuk memulai mencatat rangkuman isi setelah salat tarawih. Ketika penceramah sudah naik mimbar, kita sudah siap dengan buku catatan terbentang di depan, serta tangan menggenggam alat tulis untuk segera mencatat.


Semangat Mencatat | Pixabay


Tantangan pertama ialah ketika penceramah memperkenalkan diri, nama penceramah harus disimak baik-baik untuk kemudian kita catat. Selain itu, judul ceramah juga harus dicatat dengan tepat. Bila terlewat atau kurang paham, biasanya melirik catatan teman sebelah dan suasana jadi sedikit berisik.
Tantangan berikutnya tentu saja isi ceramah, yang prosesnya kemudian tidak menentu. Kadang terus semangat, kadang menyerah di tengah jalan karena tertinggal jauh dari penyampaian penceramah.




2. Susah Fokus


Tertinggal jauh dari ceramah saat mencatat umumnya diakibatkan oleh hilangnya fokus dalam menyimak. Salah satu faktornya adalah teman-teman sebaya yang lebih dulu kehilangan fokus karena tak tahan ingin ngobrol, bermain dan bercanda.


Kita yang tadinya sudah mulai mengalir dalam menulis, mau tidak mau kadang harus terbawa arus teman-teman itu. Apa lagi kalau tidak kuat. Kalau masih kuat, ya terus saja menyimak dan mencatat. Saya termasuk yang susah fokus saat mendengarkan kultum, hehehe.


3. Pinjam Catatan Teman


Buku Kegiatan Ramadan
Pinjam Catatan Teman | Pixabay


Kalau sudah ketinggalan, solusi terakhir adalah menyalin catatan teman yang berhasil fokus dalam proses pencatatannya. Biasanya, sih yang rajin adalah anak-anak yang pintar, anak rajin, atau kakak kelas yang mulai tenang dan malu kalau masih banyak main. Dan biasanya penyalinan catatan pun dilakukan berjamaah!


4. Isi Sampai Penuh



Bagi yang masih semangat untuk benar-benar menyalin catatan tersebut, pastinya akan menyalin sama persis dengan yang disalin. Tujuannya biar benar-benar terisi dengan baik, dan kalau bisa dengan tulisan yang rapi.


Namun, ada saja di antara kita yang tetap malas dan menyalin sekenanya saja dan asal penuh, dengan cara membesarkan tulisan atau spasi baris yang besar. Jadinya, catatan terlihat amburadul dan tidak jelas apa isinya. Tapi yang penting penuh! Adakah yang seperti itu?


5. Berburu Tanda Tangan



Setelah shalat, waktunya berburu tanda tangan penceramah. Banyaknya anak-anak yang ikut mencatat rangkuman isi kultum berdampak pada padatnya kondisi ketika meminta tanda tangan penceramah. Di sini, penceramah jadi seperti selebriti yang dimintai tanda tangan. Hanya saja dulu tak pakai foto selfie!




Biasanya, penceramah mengambil sikap agar penandatanganan catatan itu berjalan tertib. Salah satunya dengan menyusun buku dengan rapi, dan bertanya kepada masing-masing apakah ikut salat tarawih berjamaah atau tidak. Yang tidak ikut salat tarawih berjamaah, jadilah yang terakhir.


6. Menunggu Stempel Masjid



 Stempel


Setelah catatan ditandatangani, tugas terakhir agar catatan itu sah adalah dicap stempel oleh panitia Ramadan di masjid. Ini pun kadang rebutan. Biasanya banyak yang mengakali dengan meminta cap stempel untuk seluruh halaman walaupun belum terisi rangkuman kultum. Tapi ini juga tricky, ada panitia yang mau, ada juga yang tidak mau. Kalau pun ada yang mau biasanya terpaksa karena kasihan.


7. Kejujuran Isi Ceklist Ibadah Harian



Selain mencatat isi kultum, di buku kegiatan Ramadan ada juga ceklist ibadah harian yang harus diisi. Jadi setiap harinya diminta mencatat semua kegiatan ibadah yang dilakukan. Mulai dari shalat wajib, shalat sunnah, tadarus hingga sedekah. Nah ini menguji kejujuran. Apakah diisi sesuai kenyataannya atau isi semua biar guru senang.


Itu tadi kenangan tak terlupakan bersama buku kegiatan Ramadan. Bagaimana dengan masa kecilmu bersama buku catatan Ramadan? Adakah kesamaan dengan kenangan saya? Atau kamu punya kenangan lain sebagai tambahan? Apa pun itu, yang jelas buku kegiatan Ramadan itu merupakan salah satu proses belajar anak-anak untuk melatih melakukan ibadah di bulan Ramadan.

Tidak ada komentar

Posting Komentar