Dee Stories

Kumpulan artikel parenting yang ditulis oleh blogger parenting Indonesia.
Suka travelling & kuliner. Konselor ASI &MPASI.

8 Manfaat Gerakan Literasi Sekolah

Gerakan Literasi Sekolah


Literasi adalah kemampuan di dalam membaca dan menulis. Tetapi, pengertian literasi masih bisa kita kembangkan lebih jauh lagi, karena literasi tidak hanya terdiri dari baca, tulis dan hitung tetapi juga menyangkut literasi numerasi, literasi sains, literasi finansial, literasi informasi dan komunikasi serta literasi budaya dan kewarganegaraan. Masalah literasi ini nampaknya masih menjadi masalah  yang belum bisa teratasi, sehingga benar-benar harus dicari jalan keluarnya, karena sebagaimana menurut UNESCO, sekarang ini paling tidak ada sekitar 750 juta orang dewasa dan 264 juta anak yang putus sekolah yang kemampuan literasi dasarnya masih minim.

Kondisi literasi di Indonesia juga sangat memprihatinkan. Berdasarkan data statistik yang berasal dari UNESCO, Indonesia menempati peringkat 60 dari total 61 negara. Artinya apa? Artinya adalah tingkat literasi Indonseia rendah. Data ini jelas menunjukkan bahwa minat baca Indonesia sangatlah rendah, bahkan sangat jauh tertinggal dari Singapura serta Malaysia. Tampaknya Indonesia juga tidak bisa dibandingkan dengan masyarakat Amerika atau Eropa yang anak-anaknya dalam waktu satu tahun saja sudah membaca sekitar 25 – 27 buku.

Adapula negara Jepang yang minat bacanya bahkan mencapai angka 15 – 18 persen buku per tahunnya, yang sangat berbanding terbalik dengan Indonesia yang jumlahnya hanya sekitar 0,01 persen per tahunnya. Oleh karena itu tidak heran bila kemudian pemerintah menggiatkan gerakan literasi sekolah yang lebih diarahkan pada anak usia sekolah. Pemerintah memang sengaja mengadakan gerakan ini dengan harapan bisa menumbuhkan minat baca siswa.

Baca Juga : Jangan Bingung, Ini Langkah Sederhana Menerapkan Pendidikan Literasi di Rumah

Mungkin dalam pelaksanaannya gerakan literasi ini sedikit sulit untuk dijalankan di Indonesia. Ada banyak faktor yang melatarbelakanginya. Adapun beberapa penyebab rendahnya minat baca masyarakat Indonesia adalah sebagai berikut.

Pertama, kebiasaan membaca belum ditanamkan sejak dini. Role model yang biasa berlaku di tingkat keluarga adalah orang tua dan anak-anak biasanya akan mengikuti kebiasaan dari orang tuanya tersebut. Sehingga, demi menyelesaikan penyebab yang pertama ini, orang tua seharusnya mengajarkan kebiasaan membaca pada anak. Sehingga dengan demikian, anak juga akan senang membaca.

Kedua, kualitas sarana pendidikan yang masih minim dan akses ke fasilitas pendidikan juga belum merata. Fakta menunjukkan bahwa ada banyak anak yang terpaksa putus sekolah, sarana pendidikan yang bahkan tidak mampu mendukung kegiatan belajar dan mengajar seta panjangnya rantai birokrasi di dalam dunia pendidikan di Indonesia. Secara tidak langsung hal tersebut jua bisa menghambat kualitas literasi di Indonesia untuk berkembang.

Ketiga produksi buku di Indonesia masih dianggap kurang. Hal ini terjadi karena penerbt di daerah belum bekermabang, adanya wajib pajak bagi penulis yang bahkan royaltinya saja sudah rendah sehingga motivasi mereka untuk menghasilkan karya yang berkualitas menjadi surut dan insentif bagi para produsen buku yang dinilai masih belum adil.

Gerakan Literasi Sekolah

Gerakan literasi sekolah adalah usaha demi menumbuhkan minat baca dan menulis pada siswa dan menjadikannya sebagai sikap yang tertanam untuk seumur hidup. Gerakan ini lahir pada 2016 lalu oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Kemendikbud dan kini telah disosialisasikan ke semua Dinas Pendidikan tingkat Provinsi hingga Kota/Kabupaten.

Gerakan ini dimaksudkan untuk memperbaiki tingkat literasi masyarakat Tanah Air dimulai dari anak-anak usia sekolah. Sayangnya program ini belum banyak memperlihatkan hasil karena berdasarkan data Kemendikbud pada 2019, angka rata-rata indeks aktivitas literasi membaca (Alibaca) nasional masih dalam kategori literasi rendah.

Sebenarnya pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah ini tidak sulit. Gerakan Literasi Sekolah bisa dilakukan dengan cara sederhana, yaitu dengan membaca atau menulis selama 15 menit yang dilakukan oleh guru dan siswa secara bersama-sama. Selain itu beberapa contoh Gerakan Literasi Sekolah bisa dilakukan dengan cara :

Jadwal Wajib Kunjung Perpustakaan

Jadwal berkunjung ke perpustakaan adalah contoh program gerakan literasiyang pertama yang bisa dilaksanakan di sekolah. Program ini bisa diimplementasikan dengan cara menyusun jadwal sedemikian rupa sehingga setiap kelas bisa mengunjungi perpustakaan. Bukan hanya berkunjung saja, tetapi wajibkan pula siswa untuk meminjam buku, menyusun resume dari beberapa lembar buku yang telah dibacanya kemudian wajibkan pula siswa untuk mengembalikan buku.

Pemberdayaan Mading Setiap Kelas

Pemberdayaan mading di setiap kelas ini bisa dilakukan dengan cara mewajibkan siswa untuk membaca bebas ataupun mencari referensi apapun di sekitar sekolah setidaknya selama 10 menit. Setelah itu, wajibkan siswa untuk membuat laporan, karangan ataupun resum dari apa yang dibacanya ataupun diamatinya, dan hasilnya tempelkan pada mading kelas. Sebagai langkah awal, program ini bisa dilakukan setiap seminggu sekali.

Membaca Buku Non Pelajaran Sebelum Proses Belajar Dimulai

Buku non pelajaran yang dimaksudkan di sini bisa berupa buku cerita, novel ataupun buku jenis lain yang lebih mengajarkan nilai budi pekerti, kearifan lokal, nasionalisme dan lain-lain yang lebih disesuaikan pada tahap perkembangan siswa.

Posterisasi Sekolah

Membuat poster-poster yang berisi ajakan, motivasi maupun kata mutiara yang ditempel atau digantung di beberapa spot di kelas atau di sekolah.

Membuat Pohon Literasi di Setiap Kelas

Pohon literasi bisa dibuat oleh siswa secara mandiri. Nantinya daun-daun yang ada pada pohon literasi bisa ditulis dengan nama-nama siswa sekelas / cita-cita siswa / karakter mulia yang harus dilakukan.

Membuat Sudut Baca  di sekolah

Sudut baca merupakan suatu tempat khusus di bagian kelas/sekolah dimana tersedia kumpulan buku bacaan dan tempat duduk yang nyaman untuk membaca. Tempatnya bisa di depan kelas, pojok kelas, samping kantin, depan ruang guru, samping mushola sekolah, dan lain-lain.

Baca Juga : Kejarcita, Blog Pendidikan Terlengkap di Indonesia

Membuat Papan Karya Literasi Siswa di Setiap Kelas

Papan karya literasi adalah sebuah papan untuk menempelkan hasil karya literasi siswa. Papan karya literasi ini bisa diprogramkan di setiap kelas. Beragam karya literasi seperti cerpen maupun puisi bisa dibuat oleh siswa. Hasil karyanya itu yang kemudian ditempel di papan karya literasi.

Manfaat Gerakan Literasi Sekolah

Melalui Gerakan Literasi Sekolah, siswa diharapkan memiliki pola pikir yang cerdas dalam menggunakan sumber-sumber pengetahuan dalam bentuk cetak, visual, dan auditori. Di era digital sekarang ini, literasi menjadi sangat penting untuk menyaring informasi yang fakta ataupun hoaks.

Dalam lingkup yang lebih besar lagi, terciptanya masyarakat dengan angka literasi tinggi juga akan meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan. Ada 8 manfaat yang diperoleh dari Gerakan Literasi sekolah, yaitu :

1. Menumbuh kembangkan budaya literasi di sekolah.

2. Meningkatkan kapasitas warga dan lingkungan sekolah agar literat.

3. Menjadikan sekolah sebagai taman belajar yang menyenangkan dan ramah anak agar warga sekolah mampu mengelola pengetahuan.

4. Menjaga keberlanjutan pembelajaran dengan menghadirkan beragam buku bacaan dan mewadahi berbagai strategi membaca.

5. Meningkatkan kualitas memori.

Baca Juga : Perjenjangan Buku, Salah Satu Tips Tepat Memilih Buku untuk Anak

6. Mengembangkan kemampuan verbal.

7. Melatih kemampuan berfikir dan menganalisa.

8. Meningkatkan fokus dan konsentrasi.

Meningkatkan kemmapuan literasi memang bukan proses yang bisa dilihat hasilnya dalam waktu singkat. Namun, Gerakan Literasi Sekolah bisa menjadi langkah awal untuk membangun kesadaran pra siswa akan pentingnya memahami membaca, menulis, dan memahami informasi dari berbagai sumber sehingga tidak mudah terhasut dan terpecah-belah karena hoaks. Dan juga bisa menjadi manusia yang unggul yang berguna bagi bangsa dan negara.

16 komentar

  1. Jaman sekolah memang ada jadwal berkunjung ke perpustakaan. Biasanya aku akan meminjam novel untuk kubaca di rumah. Lima sekawan deh kayaknya favoritku kala itu. Heran sih, adik-adikku minat bacanya juga rendah banget.

    BalasHapus
  2. bagus sekali ini mba gerakan literasi di sekolah tapi sayang yah karena pandemi jadi mungkin tidak bisa dijalankan secara maksimal tapi sepertinya beberapa point masih bisa diadaptasi lagi yah sesuai kondisi saat ini

    BalasHapus
  3. apa kabar ya mading sekolah saat ini? Masih adakah? atau sudah tergeser dengan swipe-swipe di handphone ya? Jadi ingat dulu senang banget nongkrong depan mading sekolah :D

    semoga gerakan literasi sekolah ini bisa berjalan di semua sekolah agar minat baca siswa bisa meningkat tidak cuma baca web toon aja *upss

    BalasHapus
  4. Gerakan Literasi Sekolah ini memang harus terus digaungkan. Menurut saya, guru memiliki peran penting, baik itu sebagai contoh dan juga penggerak agar para siswa memiliki kesadaran literasi yang tinggi.

    BalasHapus
  5. Jadi inget salah satu tugas IP zaman dulu yaa...
    Membuat Pohon Literasi di rumah. Rumah uda pindah, pohon literasiku pun uda ilang, hiiks~
    Tapi kudu bikin lagi niih...soalnya anak-anak sebenernya super happy kalau melihat pohon literasinya berbuah lebat.

    BalasHapus
  6. Dulu mading itu paling aku suka. Hepi banget saat karya mejeng di mading. Semua siswa juga seneng bacanya. Dinanti banget tiap terbitnya. Sekarang, dengan internet yang makin marak, literasi anak sekolah makin kurang. Buku dan mading juga udah banyak ditinggalkan. Anak-anak lebih suka eBook dan bacaan internet. Semoga dengan semakin maraknya gerakan literasi, minat anak-anak sekolah akan literasi ini juga semakin meningkat.

    BalasHapus
  7. Saat budaya baca dan menulis sudah mulai luntur gerakan literasi ini memang sudah seharusnya gencar lagi diterapkan ya. Mading, dulu itu suka deg deg der kalau ada yang pasang puisi dan ditujukan ke saya. When... Secret admirer...

    BalasHapus
  8. Setuju banget tentang kebiasaan membaca belum ditanamkan sejak dini. Buat aku pribadi, dunia digital kadang bikin aku lupa seharusnya membaca lebih mudah dan menyenangkan. Tapi malah banyak kasih anak tontonan video. Cuma kadang tuh anak aku suka baca apa yang ada di tempelan poster yg dia jumpai, maklum usia 4tahun masih belajar membaca dengan ejaan.

    BalasHapus
  9. Sennag banget dengan adanya Gerakan Literasi Sekolah begini. Jadinya anak anak dipaksa untuk mulai membaca. Sebab semangat membaca di Indonesia masih belum merata.

    BalasHapus
  10. sedih ya kalau tahu peringkat literasi negara kita yang rendah banget. kayaknya perlu usaha yang keras banget buat bisa meningkatkan literasi masyarakat ini dan harusnya dimulai dari lingkup terkecil ya yakni dari keluarga

    BalasHapus
  11. Memang saat ini krisis literasi yah Mom, di sekolah anakku juga nih diterapkan jg gerakan literasi setiap harinya dikirimkan di WAG satu judul cerita dan link nya, jadi walau di rumah aja anak2 juga tetap bisa membaca. Terima kasih sharingnya mbak

    BalasHapus
  12. Ahh, iya bener nih. Aku pernah ikutan webinar serupa. Pembicara bilang, jangan mengharapkan anak mau membaca, kalau orang tuanya sendiri belum jadi role model buat anak itu.

    BalasHapus
  13. anakku jg aku bacain buku, sejak blm bisa baca mom. dulu suka dibacain dongeng. pas besar terus spech delay terapinya menyebutkan nama nama benda dibuku, dan alhamdulillah umur 5 tahun sudah bisa baca bukunya seneng bgt juga sama buku

    BalasHapus
  14. Aku rasa kalau perpustakaan sekolah dibuat keren, adem dan menarik, banyak kok yang mau nongkrong di perpus daripada di kantin. Macam Rangga AADC eh hahaha. Tapi perlu dipertimbangkan nih untuk sekolah-sekolah.

    BalasHapus
  15. gerakan literasi ini memang penting diterapkan dimanapun ya, mba.. terutama di sekolah karena sekolah ini ya tempatnya anak2 belajar selain dapat didikan dari ortunya

    BalasHapus
  16. Prihatin negara kita masih tergolong rendah ya tingkat literasinya. Bagus banget kalo program2 literasi sekolah bisa dijalankan dengan baik. Penting banget mengasah literasi, terlebih di jaman sekarang kita banjir informasi instan dari internet. Kalo gak diasah literasinya entar mudah terjebak hoax, puas dg informasi yg dangkal.

    BalasHapus