Dee Stories

Kumpulan artikel parenting yang ditulis oleh blogger parenting Indonesia.
Suka travelling & kuliner. Konselor ASI &MPASI.

Pengalaman Mengikuti Pelatihan Literasi Digital Menggunakan Pendekatan KAP

Pelatihan literasi digital


Halo teman deestories, 

Apa kabar? 

Hari ini saya mau cerita tentang pengalaman mengikuti Pelatihan Literasi Digital Menggunakan Pendekatan KAP (Komunikasi Antar Personal) beberapa hari lalu. 

Saya senang sekali, bisa mewakili KEB (Kumpulan Emak Blogger) untuk mengikuti pelatihan yang digelar oleh ICT Watch dan UNICEF Indonesia. Tak hanya KEB saja yang diundang, pelatihan ini juga diikuti oleh jaringan lembaga literasi digital dan pegiat kesehatan yang terdiri dari Yayasan Plato, Ikatan Perempuan Positif Indonesia (IPPI), Relawan TIK, Ikatan Guru TIK PB PGRI, MAFINDO, Kelompok Emak Blogger, Forum Taman Baca Masyarakat (TBM), serta Dinas Kesehatan Kota Surabaya.

Pelatihan ini digelar selama tiga hari, yaitu tanggal 16-18 Februari 2023. Bertempat di Neo Hotel Surabaya. 

Indonesia Darurat Hoaks?

Tak bisa dipungkiri, internet telah menjadi bagian kehidupan sehari-hari. Menurut data APJII 2022, ada 210 juta masyarakat Indonesia yang terkoneksi dengan internet. 

Sayangnya, hal ini tidak diikuti dengan kemampuan literasi digital yang baik. Akses terhadap internet ini membuat kita menjadi sasaran empuk paparan hoaks.

Setidaknya 30% sampai hampir 60% orang Indonesia terpapar hoaks saat mengakses dan berkomunikasi melalui internet. Sementara hanya 21% sampai 36% saja yang mampu mengenali hoaks.

Inilah alasan mengapa pelatihan ini menjadi penting. Harapannya peserta pelatihan nantinya bisa menyebarkan edukasi kepada masyarakat bagaimana cara menangkal hoaks ini. 

Tangkal Hoaks dengan KAP

Cara tangkal hoaks

Pada pelatihan ini, peserta tidak hanya dibekali informasi tentang hoaks saja, namun juga bagaimana menangkal hoaks menggunakan komunikasi antar pribadi (KAP). 

Di hari pertama, peserta diajak untuk mengenali apa itu KAP. Komunikasi antar pribadi adalah komunikasi yang terjadi antara dua orang atau lebih, yang biasanya tidak diatur secara formal melalui tatap muka secara langsung. 

Materi KAP ini disampaikan oleh Rizky Ika Syafitri Spesialis Perubahan Perilaku UNICEF Indonesia. Komunikasi antar pribadi ini memiliki 3 prinsip.

Pertama, menambah keakraban. Mengapa penting untuk menambah keakraban? 

Orang Indonesia sangat komunal, suka berkumpul. Jika sudah akrab, akan mudah percaya. Sehingga jika diminta melakukan perubahan perilaku, maka akan dilakukan.

Tunjukkan kita orang yang bisa dipercaya. Ketika kita sudah dipercaya, maka orang akan mudah melakukan perubahan perilaku seperti yang kita inginkan. 

Manfaat literasi digital

Saat menyampaikan materi ini, mbak Kiky mengajak semua peserta bermain game. Semua peserta diajak duduk melingkar, menyebutkan nama masing-masing secara berantai dan mengucapkan berterima kasih. Jadi, saat tiba gilirannya, setiap peserta harus berterima kasih dan mengucapkan nama peserta-peserta sebelumnya. Meski cukup menantang, game ini membantu setiap peserta untuk saling berkenalan satu sama lain. Kami pun jadi lebih akrab. 

Kedua, saling mendengarkan dan berbicara. Saat menggunakan teknik KAP dalam edukasi tangkal hoaks, pastikan santai, setara.

Gunakan cara komunikasi seperti dengan teman sendiri. Sisipkan humor. Agar suasananya lebih cair. 

Mengapa perlu mendengarkan? Sebab, dengan mendengarkan kita akan mudah mencari tahu opini atau pendapat lawan bicara. Agar pesan yang kita sampaikan nyambung. 

Lalu, kenapa harus saling bicara? Karena dengan memberikan kesempatan bicara kepada semuanya, maka semua akan merasa terlibat. 

Ketiga, mengunci komitmen. Tahapan terakhir dari KAP ini adalah tahapan paling menentukan. Sebab, ini menjadi titik awal terjadinya perubahan perilaku. 

Mengunci komitmen ini bertujuan untuk mengubah perilaku sesuai dengan tujuan komunikasi. 

Syarat keberhasilan mengunci komitmen ini ada 3 : 

- Keluar dari mulut lawan bicara. Misalnya, saat ingin mengubah lawan bicara bisa menangkal hoaks secara tepat, keinginan ini harus muncul dari lawan bicara tersebut, bukan dari komunikator. 

- Menyangsikan untuk meneguhkan, ragukan komitmen yang dibuat oleh lawan bicara. Minta dia mengetahui tantangan apa saja yang akan dihadapinya dan bagaimana cara menghadapi tantangan tersebut. 

- Ajak lawan bicara untuk menulis secara detail tentang rencana yang akan dilakukannya. 

Misalnya, saat dia berjanji akan melakukan edukasi pada orang-orang disekitarnya untuk menangkal hoaks, tanyakan secara detai. Kapan dan dimana waktunya, siapa saja yang hadir, dan bagaimana caranya.

Tiga prinsip komunikasi antar pribadi ini bisa dipahami dengan mudah oleh setiap peserta. Sebab, kami tak hanya diberikan teori saja, namun langsung dipraktikkan bersama dengan diskusi kelompok dan berbagai game yang menyenangkan. 

Setelah hari pertama diajak memahami teknik KAP, maka hari kedua peserta diberikan materi tentang bagaimana cara menangkal hoaks. 

Materi menangkal hoaks ini disampaikan oleh Indriyatno Banyumurti, Direktur ICT Watch Indonesia. Mas Indra menyampaikan bahwa, tingginya penetrasi internet dan smartphone Indonesia belum diiringi kecapakan digital masyarakat.

Masyarakat belum memiliki bekal ilmu yang memadai untuk dapat memanfaatkan internet secara sehat.

Selain keterampilan digital, perlindungan data pribadi dan etika juga menjadi bagian penting dalam inisiatif edukasi tangkal hoaks ini.

Hoaks memicu emosi. Beragam emosi, bisa senang, sedih, panik, hingga cemas. Saat kita terbawa emosi, maka otak tak bisa berpikir jernih. Akibatnya, melakukan hal yang merugikan diri sendiri. 

Misalnya, saat mendapat hoaks anggota keluarga kecelakaan, maka pasti panik dan sedih. Tak bisa berpikir jernih, sehingga melakukan hal yang diminta oleh penyebar hoaks. 

Jadi, ketika menerima hoaks, yang perlu dilakukan adalah tenang sejenak dan menamai perasaan. Menamai perasaan ini menggunakan bahasa yang akhirnya bisa memicu neo korteks (otak intelegensia) yang akhirnya mampu mendorong kita melakukan hal yang rasional.

Setelah mampu berpikir rasional, lakukan perilaku antihoaks, yang terdiri dari aspek keterampilan, aspek keamanan, dan aspek etika. 

Aspek keterampilan ini memberikan kita pilihan aksi dalam menghadapi hoaks, yaitu : 

1. Kubur dan lupakan

2. Cermati berita 

3. Lakukan validasi dengan sumber lainnya

4. Laporkan melalui saluran yang tersedia

Untuk aspek keamanan adalah amankan diri dan orang lain. Dengan cara tidak melakukan transfer dana dan menyebar data pribadi.

Sedangkan untuk aspek etika, jangan menyebarkan konten yang berkaitan dengan body shaming, ujaran kebencian, SARA , ataupun perundungan.

Baca Juga : Cek Fakta atau Hoaks : Susu Beruang Bisa Obati COVID-19?

Setelah pemberian materi bagaimana menangkal hoaks, peserta dibekali panduan melakukan edukasi kepada masyarakat. 

Saat melakukan sesi edukasi, bagi menjadi 3 tahap, sebagai berikut: 

1. Pemanasan (5-10 menit)

Sesi pemanasan ini penting. Jadi penentu tahapan selanjutnya. Saat sesi pemanasan ini jalin keakraban dengan warga. Cari tahu namanya dan lakukan games untuk menciptakan keakraban. 

2. Belajar dan Bermain (15-20 menit)

Di sini peserta diajari berbagai games yang bisa digunakan untuk edukasi tangkal hoaks ini. Salah satunya adalah tepuk Hoaks dan Horor. 

Dampak hoaks

Tepuk ini selanjutnya akan memancing sejauh mana pengetahuan masyarakat akan hoaks. Gunakan teknik mendengarkan dan saling bicara untuk mencari tahu opini masyarakat.

3. Aksi Bersama (10-15 menit)

Ini adalah sesi untuk mengunci komitmen, upaya melakukan perubahan perilaku. Tanyakan pada masyarakat, apakah edukasi yang telah dilakukan bermanfaat atau tidak. 

Jika bermanfaat, pancing masyarakat untuk mau ikut serta menyebarkan edukasi ini. Dorong masyarakat untuk mengucapkan sendiri gagasannya. 

Kemudian, ragukan dan teguhkan. Terakhir, mint mereka untuk merinci bagaimana cara menyebarkan edukasi ini. 

Komunikasi antar pribadi

Setelah mengetahui informasi tentang hoaks dan bagaimana cara menangkalnya, peserta pelatihan langsung praktik lapangan. Peserta diajak bertemu dengan KSH (Kader Surabaya Hebat) di SDN Kapasari VIII.

Literasi digital

Secara berkelompok, peserta melakukan edukasi tangkal hoaks melalui pendekatan KAP. 

Hari ketiga, semua peserta diminta membuat action plan untuk melakukan edukasi tangkal hoaks ini. 

Peserta dibagi dalam tiga kelompok. Kebetulan KEB masuk kelompok ketiga, bersama teman-teman dari TBM dan MAFINDO. 

Dampak hoaks

Action plan kami sepakat akan mengadakan edukasi di sekolah tempat dimana para anggota kelompok mengajar. 

Kesan Terhadap Pelatihan Literasi Digital Menggunakan Pendekatan KAP

Jujur saya senang sekali bisa mengikuti acara pelatihan ini. Tak hanya bisa mengetahui bagaimana cara menangkal hoaks dengan teknik KAP, saya juga menambah silaturahmi dengan sesama peserta. 

Baca Juga : Belajar Hak Digital Gratis di Padepokan SAFEnet

Kami pun sudah merancang aksi bersama untuk kedepannya. Ingat kolaborasi adalah kunci. 

Bagi saya ini adalah TOT yang paling seru. Materi disampaikan dengan menarik, dan langsung dipraktikkan. 

Ini membuat saya tak hanya memiliki pengetahuan tentang hoaks saja, tetapi juga punya keterampilan dalam menangkal hoaks dan ikut ambil bagian dalam program edukasi tangkal hoaks ini. 

Terima kasih kepada KEB yang sudah memberikan kesempatan ini. Terima kasih buat ICT Watch dan UNICEF Indonesia yang sudah memfasilitasi secara keren pelatihan ini. 

Baca Juga : ICT Watch dan UNICEF Adakan Pelatihan Edukasi Tangkal Hoaks di Surabaya

Hoaks adalah hal yang merugikan sekaligus membahayakan. Semua pihak harus terlibat aktif dalam menangkal hoaks ini. 

Yuk, tangkal hoaks yang berserak disekitar kita!


20 komentar

  1. Wah indah sekali ya caranya, bagaimana menangkal hoaks menggunakan komunikasi antar pribadi (KAP). dan aku tertatik banget ada tepuk HOROR itu ngapaaaiiiiinnnnn

    BalasHapus
  2. Pelatihan literasi digital untuk menangkal hoaks dengan teknik KAP ini menarik sekali ya. Ga melulu materi semua tetapi ada juga permainannya. Ada komunikasi antar pribadi yang mesti diketahui, mana yang dilakukan dan tidak. Memang sih pada kenyataannya jika misalkan kita terima berita musibah entah dari siapa, hati langsung deg-degan tak bisa tenang dan berpikir jernih, termakan hoaks deh yang ada haeduh :(

    BalasHapus
  3. Hoaks emang harus dilawan sebisa-bisanya. Jangan sampai ikut terkena hoaks. Ini pelatihan edukasinya seru banget kayaknya..

    BalasHapus
  4. Seru banget ini ya mak, materinya juga bagus banget. Jadi bisa untuk bekal kita juga nih dalam menangkal berita hoax ya. Mengingat sebentar lagi mau pemilu, sudah santer ini hoax-hoax yang beredar

    BalasHapus
  5. Jumlah pengguna internet yang sangat besar, gak berbanding lurus dengan literasi digitalnya, ya. Memang harus benar-benar ditanggapi dengan serius. Jangan sampai masalah berlarut dan menjadi bom waktu

    BalasHapus
  6. wah keren keren ... pelatihan 3 hari jadi bisa belajar bertahap materi tersebut plus mempraktikan dalam kelompok kecil.
    eh aku penasaran dengan tepuk hoaks dan horror. Buat videonya dong mbak supaya ada gambaran.

    BalasHapus
  7. Acaranya seru banget. Kita jadi bisa belajar hal baru dan berbagi dengan sesama. Semoga lewat mbak, hoax di indonesia bisa makin berkurang

    BalasHapus
  8. Sosialisasi untuk tangkal hoax ini penting sekali. Agak sedih karena kurangnya literasi tapi diantara gemburan internet yang tinggi, buat hoax masih ada terus. Makasih ya mba informasi. Dukung terus buat tangkal hoaks

    BalasHapus
  9. Pelatihan yg menarik, fun tapi tetep bisa daoat insight yg positif.
    Pemahaman akan literasi digital dirasa cukup perlu, apalagi perkembangan hoax begitu masif

    BalasHapus
  10. Setuju, memang penting diadakan pelatihan edukasi tangkal hoaks seperti itu. Harapannya peserta pelatihan nantinya bisa menyebarkan edukasi kepada masyarakat bagaimana cara menangkal hoaks, ya ...Mengingat perkembangan berita hoaks sudah sangat mengkhawatirkan.

    BalasHapus
  11. menyangsikan untuk meneguhkan. Menarik..tapi sekaligus saya masih meraba-raba bagaimana cara mengomunikasikannya. Sebelum ada internet, hoax sdh ada. Namun, keberadaan internet memang membuat hoax lebih cepat dan lebih mudah menyebar. Memang diperlukan sekali kecakapan diigital utk menangkal hoax.

    BalasHapus
  12. wah pentingnya komunikasi KAP ini ya, karena informasi hoax ini cepat banget menyebaluasnya dan aku suka ngeri kalau sampe ke para orangtua yang bisa aja mereka langsung click, karena memang informasi yg digunakan sangat clickable

    BalasHapus
  13. Kok seru banget ya pelatihan literasi digital menggunakan pendekatan KAP ini. Komunikasi emang penting sih. Kadang aja baru ngobrol sama 2-3 orang, eh masing-masing nangkapnya beda. Semoga kita djauhkan dari hoax dan berita bohong ya

    BalasHapus
  14. Setuju, Mak, hoaks ini merugikan sekaligus membahayakan. Seneng rasanya ada pelatihan seperti ini dan kelihatannya seru ya acaranya? Thank you for sharing, Mak ~

    BalasHapus
  15. Memang parah sih ya problema 'hoax' di bumi Indonesia ini, malah jadi menggiring suatu opini justru gak valid

    BalasHapus
  16. oh KAP itu artinya Komunikasi Antar Pribadi baru ngeh hahaha. tapi memang ya KAP ini jadi komunikasi paling pertama antar manusia kan ya

    BalasHapus
  17. Wah ini keren banget acaranya. Segitu meresahkannya ya hoaks di Indonesia, sampai dibuat pelatihan edukasi tangkal hoaks. Biar masyarakat makin pintar membedakan mana berita yang benar dan tidak benar.

    BalasHapus
  18. Masya Allah seru banget kegiatannya dan beruntungnya dirimu mak bisa berada di acara yang.berbobot ini. Memang hoax itu sangat sangat menyesatkan kita kudu waspada.

    BalasHapus
  19. Seru banget Pelatihan Literasi Digital dengan metode KAP.
    Karena selama ini hanya menangkal hoacx by feeling. Huhu.. karena pada dasarnya, manusia akan reaktif ketika menyangkut hal-hal yang dekat dengan kehidupan pribadinya.

    BalasHapus